KARSTOLOGI
Karst ialah suatu bentang alam formasi batuan karbonat (CaCO3,
MgCO3 atau campuran keduanya) yang telah mengalami proses pelarutan.
Batuan karbonat terlarut oleh asam karbonat (H2CO3) yang terbentuk akibat
interaksi air hujan dengan CO2
atmosferik maupun oleh CO2 biogenik, yang berasal dari sisa tanaman
yang membusuk (humus) di atas permukaan tanah
Kata
karst berasal dari bahasa Jerman, yang
mengambil alih kata carso dari bahasa Italia, atau krs dari bahasa Slovenia.
Di Indonesia, ada usaha geologiwan yang menterjemahkannya dengan istilah curing, kras
atau kars
Karst - ialah suatu daerah sebelah Timur Laut kota Trieste, di
daerah Slovenia, yang pada tahun 1850, tampak sangat gersang, oleh deforestasi
selama berabad-abad. Ini adalah kawasan yang pertama kali dideskripsi oleh
geologiwan abad lalu ( Cvijic dll). Kini, oleh mpenghijauan kembali, kawasan
tersebut sudah tertutup hutan yang cukup lebat, tetapi tetap dinamakan Karst.
Kawasan karst - ialah suatu bentangalam yang menampakkan karakteristik
relief dan drainase yang khas, terutama disebabkan oleh derajat pelarutan
batu-batuannya di dalam air, yang lebih tinggi dari kawasan lain.
Yang
bisa menampakkan relief karst :
Batuan
karbonat - Kalsium karbonat. Kalsium magnesium karbonat (dolomit)
Evaporit
- Lebih mudah larut dari batuan karbonat: Halit (NaCl, KCl)
Gipsum.
Eksokarst lebih ditekuni para geologiwan, endokarst lebih ditekuni para speleologiwan. Endo dan eksokarst harus dikuasai oleh ahli karstologi.
Harus
dipahami istilah-istilah :
Pseudokarst-Juvenile karst-Mature
karst-Exhumed karst-Palaeokarst-Relictkarst-Holokarst-Merokarst-Thermokarst
-Volcanokarst-Fluvial karst-Permafrost karst-Bare and Covered karst-Subsoil and
mantled karst-Free karst-Impounded karst-Sujacent atau interstratal
karst-Burried karst-Biokarst-Tropical karst-Arid karst.
Gvozdeckij (1965)
melakukan klasifikasi karst sebagai
berikut :
1. Karst terbuka (bare karst). Tidak tertutup apa-apa.
2. Karst tertutup (covered karst), oleh sedimen yang
tidak ada hubungannya dengan masa batugamping itu sendiri.(aluvium,
sandstone, fluvoglacial).
3. Karst tertutup tanah
yang berasal dari batugamping itu sendiri (terra rossa)
4. Karst terpendam (burried karst). Tertutup sempurna oleh batu-batuan yang lebih muda,
secara kebetulan ditemukan sewaktu diadakan pengeboran atau membuat sumuran.
5. Karst tropika.
6. Karst permafrost.
Karstologi - Ilmu yang mempelajari fenomena karst dari berbagai aspek ilmiah secara
interdisipliner.
Aspek-aspek ilmiah karstologi :
1. Geomorfologi - topografi karst,
2. Morfogenesis karst.
3. Micro karst forms- bentukan karst mikro.
4. Litologi dan stratigrafi batuan karbonat.
5. Hidrologi karst.
6. Sedimentologi karst.
7. Denudasi karst.
8. Ekologi karst.
9. Vegetasi karst.
10. Masalah agraria di kawasan karst.
11. Masalah peternakan di kawasan karst.
12. Kependudukan di daerah karst.
13. Masalah kesehatan di kawasan karst.
14. Arkeologi.
15. Paleontologi.
16. Pariwisata kawasan karst.
17. Konservasi kawasan karst.
18. Eksploitasi kawasan karst.
19. Bendungan di kawasan karst.
20. Nilai strategi kawasan karst
Morfogenesis Kawasan Karst
Faktor-faktor
yang mempengaruhinya :
1) Litologi-Jenis kemurnian
batuan karbonat.
-Kelulusan (permeabilitas)
batuan.
-Kesarangan (porositas)
batuan.
-Kemampatan (compactness)
batuan.
2) Sistem percelahan-rekahan pada batuan.
3) Tektonisme.
4) Sistem kekar-sesar-patahan yang ada.
5) Iklim masa lalu dan
masa kini. Intensitas
curah hujan.
(tropical karst, arid
karst)
6) Kualitas air hujan (hujan asam)
7) Jenis penutup di atasnya (tanah,
vegetasi, batuan klastik, dsb)
8) Ketinggian di atas permukaan laut.(lowland, middle, highland karst).
9) Pengaruh uap air laut(coastal
exposure surface)
10) Pengaruh aliran sungai
(fluvial karst)
11) Pengaruh vulkanisme.(abu
gunung berapi)
12) Proses fisiko-kimiawi,
seperti case hardening, yaitu represipitasi batugamping yang larut oleh air
hujan.
13) Pengaruh biologis
(lichen-algae-akar pepohonan-detritus, dsb).
14) Perusakan lingkungan karst oleh ulah
manusia.
Geomorfologi atau topografi
karst - ilmu yang mempelajari
bentukan alam karst. Yang menjadi kendala ialah peristilahan, yang tidak
seragam, karena sejak semula digunakan istilah lokal, untuk bentukan alam karst
tertentu.
Contoh-contoh :
Unthuk - Istilah bahasa Jawa untuk bukit khas
di kawasan Gunung Sewu. Secara internasional dikenal sebagai conical hill,
tetapi dengan bentuk yang
lain daripada yang telah dikenal,
sehingga dinamakan Gunung Sewu type hill.
Pepino hills - Sederetan bukit karst di Puerto Rico,
Mogote - Bukit karst yang berdiri sendiri atau
berkelompok tetapi terpisah satu sama lain.
Cenote - Sumuran yang berisi air di jazirah
Yucatan.
Turmkarst-Towerkarst-Karst
a tourelles - Bukit terjal menyerupai menara.
Dolina-sinkhole-closed depression - cekungan di daratan karst.
Polje (Slovenia) - Wang (Malaysia) - Hojo
(Cuba) - Plans (Perancis) - Dataran karst yang dilingkari
perbukitan karst, yang biasanya dialiri sungai.
Kekacauan dalam peristilahan ini, ditanggulangi dengan
beberapa simposium internasional, yang menghasilkan kesepakatan peristilahan
melalui Glossary of Karst Terminology (1970-Contributions to the
International Hydrological Decade). Geological Nomenclature (1980-Royal Geological and Mining Society of the Netherlands)
dalam bahasa Inggeris-Belanda-Perancis-Jerman-Spanyol.
Beberapa bentukan morfologi karst :
Doline
Doline ialah
cekungan tertutup (close depression) yang memiliki kedalaman antara 2 m
sampai 100 m dengan diameter 10 m sampai 1000 m. Umumnya berkelompok dan dapat juga
berjauhan. Cvijic (1893) membedakan doline dalam bentuk :
- Doline berbentuk mangkuk, bila cekungan itu berdiameter 10 kali ukuran kedalamannya, derajat kemiringannya antara 10o-20o, bentuk dasar rata tertutup tanah dan sering becek.
- Doline berbentuk corong dengan diameter 2 kali – 3 kali kedalamannya, dinding dari batuan atau tanah dengan kemiringan 30o-40o, bentuk dasarnya sempit.
- Doline berbentuk sumur dengan perbandingan diameter lebih kecil daripada ukuran kedalamannya, dinding terbuat dari batuan, terjal sekali bahkan tegak lurus bersatu dengan dasarnya.
Uvala (Slovenic)
Cvijic (1901) mendeskripsikan
istilah ini untuk cekungan dan dasar yang luas dan tidak rata. H. Lemann (1970)
mengartikan untuk lembah yang memanjang, kadang-kadang berkelok-kelok dan
biasanya dasarnya menyerupai cawan di daerah karst. Tidak disebutkan dasarnya
rata menyerupai indikasi doline yang letaknya berdekatan. IUS (International
Union of Speleology, Fink, 1973) menganut pendapat H. Lemann tetapi dengan
dasar yang tidak rata.
Sinking
creek
Sinking creek ialah sungai
yang mengalir di daerah karst tetapi menghilang karena masuk ke aliran bawah
tanah.
Sink
Sink merupakan tempat sungai
permukaan lenyap (surface runoff), yaitu dimana air menghilang secara
difusi melalui material alluvium.
Swallow
Hole
Swallow
hole
terjadi apabila sungai permukaan menghilang melalui lubang yang nyata terlihat.
Poljes
Menurut Frans Von Steinberg (1961),
poljes merupakan depresi di daerah karst yang luas arealnya, sedangkan Fink
(1983) dari IUS, mengemukakan bahwa poljes adalah depresi ekstensi di
daerah tertutup di semua sisi, sebagian besar terdiri dari lantai yang datar,
dengan batasan yang terjal di beberapa bagian dan dengan sudut yang nyata
antara dasar atau poljes serta tepi yang landai atau terjal. Poljes
memiliki drainase bawah tanah dan dapat kering sepanjang tahun serta dialiri
pada saat-saat tertentu dan bahkan tergenang. Biasanya luasnya beberapa
kilometer, berkelok-kelok dan dasarnya tertutup deposit alluvium atau residu
pelapukan (terrarossa, gravel dan lainnya), lantai poljes
biasanya tidak permeabel.
Danau Karst
Letaknya biasanya berada pada
cekungan, terbentuk karena dasarnya kedap air akibat akumulasi dari lumpur atau
bahan residu pelapukan yang kedap air. Danau karst sering disebut danau
perenial bila dijumpai sepanjang tahun, dan non perenial jika hanya dijumpai
pada musim hujan.
Natural
Bridge (Jembatan Karst)
Merupakan suatu fenomena yang
menyerupai jembatan di kawasan karst. Faktor-faktor yang mempengaruhi karstifikasi
endogenik dan eksogenik yaitu faktor iklim, vegetasi, pedologi, geofisik,
fisiokimia, stratigrafi, dan ketebalan, kepadatan, porositas, permeabilitas
batu gamping itu sendiri. Faktor vulkanisme juga mempengaruhi proses
karstifikasi.
Adapun komponen batuan karbonat
terdiri dari konstituen alakenin (butiran kerangka atau bioclast, oncoid,
intraclast, dan butiran bergumpal serta oids) mikrit dan semen (klasaitik
dan aragonit maupun dolomit). Sedangkan komponen non karbonat dibagi
menjadi non-detrial (tanah liat, debu, dan pasir) dan diagenetik (Folley,
1959). Batuan karbonat merupakan batuan yang dominan di kawasan karst.
Secara mineralogi, mineral karbonat
pada kawasan karst terdiri dari kalsit, dolomit, aragonit. Kalsit adalah
kalsium karbonat rombohedral, proses substitusi pada kalsit terjadi dengan Fe,
Mn, Zn, dan CO atau substitusi dengan ion Mg sampai 20 mol persen. Dolomit
adalah kalsium magnesium karbonat (CaMg(CO3)2), dengan
kandungan berkisar antara 50-58 mol persen dan ion Mg dapat disubstitusi dengan
Sr, Ba, Pb, dan K. Batu-batuan ini akan berpengaruh pada karakteristik karst
yang ditujukan oleh struktur geologi karst, yaitu porositas, permeabilitas dan
sistem patahan.
Proses pembentukan geomorfologi karst
sangat dipengaruhi oleh proses:
- Kimia (pelarutan dan pengendapan)
H20 + CO2 H2CO3
Air karbon dioksida asam karbonat
H2CO3 +
CaCO3 Ca(HCO3)2
Batu gamping Kalsium bikarbonat
Ca2+ + 2HCO32
- Fisis
Pelapukan, peretakan, patahan, gravitasi transfer,
peruntuhan, erosi
Porositas
Porositas menunjukkan ruangan yang terisi oleh udara atau air dalam batuan
atau sedimen, diungkapkan dalam persen dari jumlah total material. Untuk
kepentingan hidrologi yang perlu diperhatikan ialah ruangan-ruangan yang saling
berhubungan, karena pori-pori yang terisolasi tidak berperan dalam perpindahan
air.
Porositas primer dalam batuan karbonat ialah
ruangan-ruangan terbuka dalam batuan tersebut, yang sudah timbul sejak
deposisi, diagenesis dan litifikasi. Porositas sekunder ialah jumlah ruangan
terbuka dalam batuan yang ditimbulkan oleh proses pasca litifikasi seperti
fruktuasi (joint, flauts, parting) atau akibat terjadinya pelarutan (solution
cavities).
Permeabilitas
Permeabilitas merupakan efisiensi batuan untuk
menyalurkan air. Permeabilitas primer adalah kemampuan batuan untuk menyalurkan
air melalui pori-pori atau ruangan intergranuler yang sudah ada sejak
pembentukannya dan saling berhubungan. Permeabilitas sekunder bila penyaluran
air itu melewati ruangan-ruangan yang timbul kemudian, seperti joint, bedding,
fault, misalnya akibat gerakan tektonik
Suatu kawasan karst, permeabilitas dan porositas ini
sangat variabel, karena tidak terlepas dari keanekaragaman struktur dan diagenesis
batu gamping. Pada bagian batu gamping yang telah mengalami karstifikasi,
biasanya permeabilitas dan porositas primernya rendah, tetapi permeabilitas dan porositas
sekundernya tinggi. Pada batu gamping tidak mengalami karstifikasi,
permeabilitas dan porositas tinggi dan tidak dijumpai permeabilitas sekunder.
Pada batu gamping terdapat aliran difusi (diffuse flow).
Pada batuan karbonat yang telah mengalami karstifikasi, yang menonjol ialah
terbentuknya saluran-saluran terpilih (prefered channels) yang
meluruskan air ke arah local base level atau zona phreatik.
Permeabilitas umumnya dinyatakan dengan jarak yang ditempuh air dalam suatu
permeabilitas tertentu dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan.
Sistem Patahan
Pada batuan yang tidak mengalami permeabilitas
intergranuler primer, joint adalah penting untuk memulai perkolasi air
ke bawah (Stringfield dkk., 1979). Sedangkan bedding planes bagi
penyaluran air bawah tanah (Palmer, 1977) tetapi pergerakannya tetap
dipengaruhi oleh adanya patahan-patahan. Joint adalah patahan yang paling sering dijumpai di akifer
karbonat. Orientasinya adalah hampir tegak lurus dengan bedding plannes.
Bahkan Grice (1968) menemukan joint yang sejajar letaknya dengan bedding
plannes di Canada (Manatoba, Grand Rapides. Joint secara primer
mempengaruhi arah aliran sebelum terjadi ruangan terlarut (solution cavities)
dalam akifer karbonat. Joint yang tidak vertikal akan mempengaruhi
gerakan air literal dan melebar melalui proses korosi (pelarutan batu gamping
secara kimiawi). Distribusi dari joint dan bedding plannes ini
dari satu bagian karst dan bagian karst lainnya dapat berbeda. Menurut Kasting
(1977) hal ini mempunyai pengaruh positif terhadap air tanah (bila melancarkan
aliran dalam akifer, antara lain dengan menghubungkan beberapa aliran akifer
yang tadinya terisolasi), bisa pula negatif bila aliran air terhambat
karenanya.
Bentukan Karst Mikro
Obyek penelitian yang
amat menarik perhatian para ahli geomorfologi karst, ialah variasi bentukan yang tampak pada permukaan
batuan karbonat, akibat proses pelarutan
atau pelapukan.
Banyak
sekali nama yang lokal yang digunakan untuk mendeskripsi aneka bentukan ini,
tetapi kini semua bentukan mikro itu dikenal dengan sebutan Karren,
Lapies atau Schratten.
Morfologi Karren itu tergantung dari
:
1. Distribusi, sifat dan banyaknya hujan. (air maupun salju)
2.
Sifat
fisik dan kimiawi batugamping.
3. Reaksi kimiawi yang meliputi CaCO3, CO2 dan H2O.
4.
Ada
tidak adanya penutup tanah, tanaman, humus dsb.
5. Sudut kelandaian permukaan batugamping
6. Fase iklim masa lampau.
Jenis - Jenis Karren
Rillenkarren - Trittkarren -
Rinnenkarren - Spitzkarren - Meanderkarren - Rundkarren - Kluftkarren -
Hohlkarren - Deckenkarren - Kamenitza (Tinajita) - Solution Notch - Limestone
pavement - Seekarren - Rainpits.
Dapat
terjadi di dalam tanah, di udara luar atau perbatasan tanah-udara.
Morfogenesis Endokarst
Faktor-faktor
yang mempengaruhi :
1) Infiltrasi.
2) Perkolasi.
3) Rhizolith (sistem perakaran tanaman)
4) Korosi (Chemical erosion)
5) Korasi (Mechanical erosion)
6) Proses
peruntuhan ruangan bawah tanah. (Collapse of underground voids)
7) Tektonisme dan gempa bumi.
8) Sistem kekar-sesar-patahan.
9) Kegiatan pertambangan.
10) Sedimentasi dalam gua.
11)
Pengendapan
batukapur atau kalsit
(speleothems).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
informasi email :