Mengenal Gunung
Kaba – Bengkulu
KETERANGAN UMUM
dari: Dermansyah Sianturi
foto kawah hidup.(Elang Hitam)
Nama Lain
|
:
|
Kaaba
|
Nama Kawah
|
:
|
Terdapat 8
kawah di puncak, masing-masing a.l : (Gbr.1) Kaba Lama, Kaba Baru, Sumur
letusan 1940 Kawah Baru, Vogelsang I, lubang letusan 1951 (Vogelsang II).
|
Lokasi
|
||
a.Geografi
|
:
|
3°31’0″
Lintang Selatan, dan 102°37’0″ Bujur Timur
|
b.Administrasi
|
:
|
Berada di
wilayah Kecamatan Curup, Kabupaten Rejang Lebong, Propinsi Bengkulu
|
Ketinggian
|
:
|
1952 m di
atas permukaan laut
|
Kota
Terdekat
|
:
|
Bengkulu
|
Tipe
Gunungapi
|
:
|
Strato
|
Pos
Pengamatan
|
:
|
Pos
Pengamatan G. Kaba, Desa Sumber Urip, Kec. Sambirejo, Kab. Rejanglebong,
Bengkulu. Geografis 3o 28′ 41,70″ LS dan 102o 38′ 41,90″ BT. Ketinggian 1182
m dpl
|
Bukit Kaba (1937 mdpl)
merupakan gunung api kembar dengan Gunung Hitam, gunung biring gunung
kelam yang telah padam. Pada Puncaknya terdapat tiga buah Kawah yang cukup
indah untuk dinikmati. (terletak di Kecamatan Selupu Rejang berjarak sekitar
104 Km dari Ibukota Propinsi Bengkulu, atau sekitar 19 Km dari ibukota
kabupaten Rejang Lebong. Persimpangan menuju Bukit Kaba (Ds. Sumber Urip)
merupakan jalur lintas sumatera yang menghubungkan provinsi Bengkulu dengan
Provinsi Sumatera Selatan dengan kota terdekat adalah Lubuk Linggau (Sumsel)
dan Kota Curup (Bengkulu).
Wilayah Bukit Kaba
merupakan daerah yang subur penghasil buah dan sayur. Dari kejauhan, hamparan
hijau dan warna-warni buah-buahan sangat memanjakan mata para wisatawan.
Potensi Bukit
Kaba
·
Nama Kawasan
·
Taman Wisata Bukit Kaba
·
Letak geografis
·
102035’ 1020 45 BT dan 3030’ 30 37’
LU.
·
Administrasi
·
Kecamatan Kabawetan, Kabupaten Kepahiang,
·
Kecamatan Selupu Rejang Dan Kecamatan Sindang Kelingi Kabupaten Rejang Lebong.
·
Status wilayah
·
Berdasarkan SK.MenHut No.166/KPTS-II/1998 ditetapkan sebagai kawasan
konservasi alam yang diperuntukkan penggunaannya sebagai taman wisata alam
dengan luas 15.070 Ha.
·
Inventarisasi Sumberdaya Gunungapi
·
Adanya endapan belerang di dasar kawah utama G. Kaba membuat sebagian kecil
masyarakat di sekitar gunungapi ini memanfaatkannya dengan cara menggali secara
tradisional. Namun saat ini penggalian tersebut sudah tidak dilakukan lagi,
mengingat volume cadangannya yang tidak memadai untuk di tambang dalam skala
kecil sekalipun.
·
Potensi kawasan
Didalam kawasan seluas
15.070 Ha (sekarang 13.490 Ha) TWA Bukit Kaba terdiri dari 5 Bukit/ Gunung yang
berada didalamnya yaitu :
·
Bukit Kaba (1935) Merupakan sebuah gunung api yang memiliki 1 buah sumur
kawah besar padam dan 12 kepundan aktif serta sumber Air Panas. Bukit Kaba
merupakan satu-satunya Gunung berapi di Provinsi Bengkulu dengan vegetasi
penyusun hutan-hutan tropis pegunungan.
·
Bukit Melintang (1733 mdpl) yang terletak disisi selatan Bukit Kaba
merupakan gunung yang bervegetasi hutan tropis yang didalamnya terdapat potensi
sumber mata air alami dan Air Terjun setinggi 50 meter serta Sumber Air Panas.
·
Bukit Hitam (1886 mdpl) dan bukit biring (1978 mdpl)merupakan Gunung dengan
vegetasi hutan tropis primer dan didalam kedua bukit ini memilki
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa liar yang alami.
·
Bukit Solajuang (1550 mdpl) dengan vegetasi padang savana dengan tanaman
yang memilki ciri khas berupa kayu panjang umur.
Di dalam TWA Bukit
Kaba memilki kekayaan hayati (Biodiversity) berupa Bunga Bangkai (Amorphophalus
titanum), Anggrek Tebu, Kantong Semar ( Nephentes sp)
Edellweis, dan Satwa liar seperti Harimau Sumatra, Macan Akar, Beruang Madu,
Rusa Sambar, Siamang (Hylobates syndactylus), owa (Hylobates agilis),
Simpai, dan jenis-jenis Burung seperti Lophura inornata (Salvadori’s
Pheasant) , c (Graceful Pitta). Kedua jenis burung ini yang
menjadi gunung kaba sebagai kawasan IBA (important bird area), sedangkan
jenis-jenis burung lainnya yang mendiami kawasan gunung kaba adalah
·
Kuau-kerdil Sumatera Polyplectron chalcurum
·
Walik kepala-ungu Ptilinopus porphyreus
·
Luntur jawa Harpactes reinwardtii
·
Takur api Psilopogon pyrolophus
·
Paok topi-hitam Pitta venusta
·
Cucak gunung Pycnonotus bimaculatus
·
Brinji gunung Hypsipetes virescens
·
Cica-daun sumatera Chloropsis venusta
·
Meninting kecil Enicurus velatus
·
Ciung-batu sumatera Myophonus melanurus
·
Berencet dada-karat Turdinus rufipectus
·
Berencet pualam Turdinus marmorata
·
Niltava sumatera Niltava sumatrana
·
Kacamata topi-hitam Zosterops atricapilla
·
Srigunting sumatera Dicrurus sumatranus
foto: lophura inornata
foto:Graceful Pitta Pitta venusta
1. Jalur Utara
Dapat dicapai dengan
menggunakan kendaraan roda empat dari kota Curup melalui simpang Bukit Kaba
(Desa Karang Jaya), yang terletak dijalan raya Lubuk Linggau-Curup, menuju
puncak dari Desa Sumber Urip (5 km dari arah puncak)
2. Jalur selatan
Merupakan hasil
Eksplorasi KAMPALA FP UNIB tahun 1997 dapat dicapai melalui kawasan kebun teh
Kabawetan Desa Air Sempiang Kecamatan Kabawetan Kabupaten Kepahiang kurang
lebih 15 km dari pasar Kepahiang. Adapun rute yang harus di lewati untuk menuju
bukit kaba lewat jalur selatan antara lain Desa Tugu Rejo, Bukit Hitam, Bukit
Melintang, Bukit Biring, Bukit Kaba. Dimana dalam perjalanan menuju puncak
Bukit Kaba ini terdapat banyak panorama alam dan perkebunan sayuran milik warga
yang membentang luas di kaki Bukit Kaba. Pencapaian dari Desa ini hanya bisa
dilakukan dengan berjalan kaki.
SEJARAH LETUSAN
1883
|
Pada tanggal 24 dan 25 November terjadi gempabumi kuat yang disebabkan oleh
letusan Gunungapi Kaba. Salah satu danau kawahnya lenyap dan menghasilkan
banjir. Kampung Talang tergenang air sedalam 21 kaki, 36 orang meninggal
dunia. Jumlah korban di distrik Klingi dan Bliti berjumlah 90 orang (Sapper,
1927, p.326)
|
1834
|
November terjadi letusan yang merusak lahan di sekitar gunungapi
|
1845
|
Di bulan April, terjadi banjir lagi yang melenyapkan 150 orang meninggal dunia.
Tetapi Neumann van Padang (1951) meragukan- nya sebagai suatu letusan, dan ia
tidak mencantumkan ke dalam catannya sebagai satu letusan.
|
1853
|
Terjadi letusan seperti di tahun 1883, tetapi tidak dilaporkan adanya
korban jiwa (Sapper, 1927, p.326).
|
1868. dan 1869
|
Mungkin terjadi letusan abu. Sejak Oktober terlihat tiang letusan,puncak
tertutup abu, banyak pepohonan hangus.
|
1873
|
Terjadi peningkatan kegiatan di kawah Vogelsang
|
1876
|
Di bulan April, di Sindang terjadi hujan abu yang berasal dari gunungapi
Biring. Bukit Kaba. Kawah Vogelsang giat bekerja, 2 sampai 10 menit sekali
terjadi letusan, abu, pasir, dan batu dilontarkan.
|
1873 dan 1892
|
Selama 19 tahun gunungapi giat terus menerus dan berhentimendadak di
akhir 1892
|
1886
|
Tanggal 4 � 8 Juni jatuh hujan abu
tipis di Warung Jelatang dan Pelalo.Tanggal 12 Juni terlihat bara api dan
tiang asap berapi, serta aliran lava.
|
1887
|
Tanggal 3 dan 4 Februari tampak asap tebal disertai ledakan dan getaran
serta hujan abu tipis. Tanggal 24 dan 24 Maret hujan abu lebih lebat hingga 28
Maret malam hari.
|
1888
|
Tanggal 27 Januari, suara gemuruh terus menerus terdengar dari bawah
tanah, diiringi oleh asap yang mengepul antara Februari dan April.
|
1890
|
Tanggal 13 Mei, gunungapi sangat giat, suara gemuruh terus
menerusterdengar, dan terjadi letusan di Kawah Vogelsang.
|
1892
|
Terjadi peningkatan kegiatan
|
1907
|
Terjadi letusan terus menerus yang begitu kuat di Kawah Baru(Schuittenvoerder,
1914, p.165).
|
1917
|
Tanggal 30 Januari suara gemuruh terdengar dari bawah tanah.
|
1918
|
Tanggal 8 Agustus terjadi awan panas.
|
1938
|
Tanggal 10 November terjadi peningkatan kegiatan.
|
1940 dan 1941
|
Peningkatan kegiatan, suara gemuruh, hujan abu disertai
lontaranbahan-bahan lepas.
|
1951
|
Terbentuk sebuah kawah yang menghancurkan pematang Kawah Vogelsang bagian
selatan. Bom vulkanik dan lapili dilontarkan sejauh 800 meter dari kawah.
|
1952
|
Tanggal 26 Maret pukul 10:00 terlihat tiang abu letusan dan terdengar
suara gemuruh. Tanggal 2 April terjadi hujan abu di sekitar Gunungapi Kaba. Abu
yang terbawa angin tersebar sampai sejauh 5 kilometer ke arah selatan.
Letusan abu terjadi lagi pada tanggal 26 sampai 28 April.
|
2000
|
Sejak awal Juni terjadi peningkatan kegiatan kegempan di Gunungapi Kaba, yang
dipicu oleh gempa tektonik Bengkulu berkekuatan 7.8 skala Richter pada
tanggal 4 Juni disertai gempa-gempa susulannya yang dapat dirasakan di kawasan
Gunungapi Kaba Kemunculan gempa-gempa vulkanik sebelum awal Juni rata-rata 1
kali kejadian setiap harinya, namun setelah awal Juni gempa-gempa vulkanik
meningkat menjadi rata-rata 15 kali kejadian setiap hari. Gangguan dari gempa
tektonik Bengkulu mengganggu sistem kantung fluida di dalam tubuh Gunungapi
Kaba, sekaligus mengganggu sistem rekahan yang ada, serta memicu kemunculan
gempa-gempa vulkanik dangkal berhiposenter 1-3 kilometer. Mekanisme sumber
gempa-gempa vulkaniknya mempunyai solusi sesar turun. Energi gempa vulkanik
yang dilepaskan berangsur-angsur menurun setelah September. Krisis kegempaan
kali ini tidak diikuti oleh perubahan permukaan yang berarti di kawah-kawah
Gunungapi Kaba.
|
Karaker
Letusan
GKarakter letusan G.
Kaba adalah letusan magmatik yang bersifat eksplosif, menghasilkan hujan abu
serta disertai awan panas dan leleran lava. Lama waktu letusan cukup panjang,
bahkan pernah terus menerus selama setahun. Pusat erupsi sering berpindah. Letusan
freatik dan freato magmatik sering terjadi, terlebih dengan keadaan kawah yang
mudah menampung air hujan membentuk danau kawah
peta geologi Bukit Kaba.
GEOLOGI
Morfologi G. Kaba
berbentuk punggungan memanjang dengan relief tidak beraturan. Arah punggungan
relatif membentuk kelurusan baratdaya – timurlaut. Arah kelurusan ini merupakan
jejak perpindahan titik-titik erupsi. Sedikitnya terdapat 8 (delapan) titik
erupsi yang dapat ditelusuri dari bentuk kawah, sisa-sisa dinding kawah/kaldera
dan kerucut vulkanik. Jarak antar titik erupsi berdekatan, sehingga secara
visual seluruh kenampakan morfologi ini dapat diamati dengan baik dari titik
tertinggi di Bukit Kaba (1952 m.dpl).
G. Kaba merupakan
gunungapi dengan struktur kaldera. Produk erupsi G. Kaba terdiri dari
perselingan aliran lava dan piroklastika (jatuhan dan aliran), yang merupakan
produk dari 3 (tiga) periode, yaitu: periode pra-kaldera, periode pembentukan
kaldera, dan periode pembentukan kerucut puncak. Produk pra-kaldera berasal
dari vulkanik tua G. Malintang dan G. Kaba Tua. Kerucut-kerucut puncak terdiri
dari Bukit Itam, Bukit Ranting, Padang Masyhar, dan Bukit Kaba Besar.
Endapan vulkanik
tertua merupakan produk pra-kaldera dari G. Malintang, sedangkan endapan
termuda adalah produk G. Kaba Besar yang terdiri dari aliran lava dan jatuhan
piroklastik (gambar II.2).
Struktur yang berkembang di G. Kaba dan sekitarnya terdiri dari sesar geser dan struktur kaldera. Sesar geser merupakan bagian dari Zona Sesar Sumatera, terdapat di baratdaya G. Kaba, secara lokal dinamakan sebagai sesar Musi – Keruh karena memotong Sungai Musi. Sesar ini berjenis sesar mendatar menganan (dextral horizontal slip fault). Struktur kaldera disebabkan oleh amblesan (collapse), yang kemudian di dalamnya tumbuh pusat-pusat erupsi.
Struktur yang berkembang di G. Kaba dan sekitarnya terdiri dari sesar geser dan struktur kaldera. Sesar geser merupakan bagian dari Zona Sesar Sumatera, terdapat di baratdaya G. Kaba, secara lokal dinamakan sebagai sesar Musi – Keruh karena memotong Sungai Musi. Sesar ini berjenis sesar mendatar menganan (dextral horizontal slip fault). Struktur kaldera disebabkan oleh amblesan (collapse), yang kemudian di dalamnya tumbuh pusat-pusat erupsi.
GEOFISIKA
Jenis gempa yang
terekam secara analog adalah gempa-gempa vulkanik. Ciri-ciri gempa ini adalah
beda waktu tiba antara fase gelombang S dan P sekitar 0.5-1.2 detik. Magnituda
gempa jenis ini lebih kecil daripada 2 skala Richter.
MITIGASI BENCANA
GUNUNGAPI
UPemantauan kegiatan
gunungapi dilakukan dari Pos Pengamatan Gunungapi Kaba yang terletak di Desa
Sumber Urip. Pengamatan kegempaan dan visual dilakukan terus menerus dari pos
pengamatan, sedangkan pemeriksaan kondisi fisik kawah-kawah, pengukuran suhu
solfatara/fumarola/mata air panas dilakukan secara temporal.
Visual
Pengamatan visual
dilakukan dari pos pengamatan dan sesekali dilakukan di sekitar puncak G. Kaba
Seismik
Pengamatan kegempaan
dilakukan dengan menggunakan sensor seismometer L4C (1 komponen, vertical) yang
mempunyai frekuensi natural 1 Hz yang ditanam ditubuh G. Kaba, dengan drum
perekam dipasang di pos pengamatan. Pengiriman dilakukan dengan menggunakan
sistem radio telemetri. Seismometer tersebut ditempatkan dekat puncak G. Kaba
(03o 30′ 32′,70″ LS dan102o 37′ 37,40″ BT ketinggian 1893 m dpl
KAWASAN RAWAN BENCANA
GUNUNGAPI
Tingkat kerawanan
bencana G. Kaba dibagi menjadi tiga tingkat secara berurutan dari tertinggi ke
terendah, adalah: Kawasan Rawan Bencana (KRB) III, Kawasan Rawan Bencana II,
dan Kawasan Rawan Bencana I. Kawasan Rawan Bencana III adalah kawasan yang
sangat berpotensi terlanda awan panas, aliran lava, guguran lava, lontaran batu
(pijar), hujan abu lebat dan atau gas beracun. Kawasan Rawan Bencana II adalah
kawasan yang berpotensi terlanda awan panas, aliran lava, lontaran batu
(pijar), guguran lava dan hujan abu lebat. Kawasan Rawan Bencana I adalah
kawasan yang berpotensi terlanda lahar, tertimpa hujan abu dan atau air dengan
keasaman tinggi. Apabila erupsinya membesar, maka kawasan ini berpotensi
terlanda perluasan awan panas dan tertimpa hujan abu lebat serta lontaran batu
(pijar).
foto puncak kaba.(Elang Hitam)
DAFTAR PUSTAKA
Kusumadinata K., 1978,
Data Dasar Gunungapi Indonesia, Direktorat Vulkanologi, Bandung, hal. 77 – 86.
Dirasutisna S., et
al., 1989, Pemetaan Daerah Bahaya Sementara Gunungapi Kaba, Kabupaten Rejang
Lebing, Propinsi Bengkulu, 25 hal.
Ony K.S., et al.,
1990, Laporan Kegiatan Pemetaan GeologiGunungapi Kaba dan sekitarnya, 33 hal.
Suantika G., dan
Rochendi D., 2000, Pengamatan Krisis Kegempaan Gunungapi Kaba, 38 hal
Mulyadi D., et al.,
2000, Pengukuran Deformasi Gunungapi Kaba- Bengkulu, Sumatera Selatan, 14 hal.
Berita Berkala Vulkanologi,
1990, edisi khusus Gunung Kaba, No.139, Direktorat Vulkanologi, Direktorat
Jenderal Geologi dan Sumber daya Mineral, Departemen Pertambangan dan Energi,
R.I.
Giggenbach, W.F.and
Goguel R. L., 1988, “Collection and Analysis of Geothermal and Volcanic Water
and Gas Discharges. DSIR.,Chemistry Devision Report No. CD 2401, Fourth
Edition, New Zealand.
Kusumadinata, K.,
Hadian R., Hamidi S. Dan Reksowirogo, L.D. ,1979, “Data Dasar Gunungapi
Indonesia”, Direktorat Vulkanologi, Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber daya
Mineral, Departemen Pertambangan dan Energi,
Prayudhi, R. Tri and Musriyadi,
Nabiu and Agus, Purwoko (2007) PERILAKU PETANI
HORTIKULTURA DI SEKITAR TAMAN WISATA ALAM BUKIT KABA DALAM PELESTARIAN
SUMBERDAYA ALAM (STUDI KASUS DESA SUMBER URIP KECAMATAN SELUPU REJANG KABUPATEN
REJANG LEBONG). Undergraduated thesis, Fakultas Pertanian UNIB.
http://www.birdlife.org/datazone/speciesfactsheet.php?id=257
http://www.birdlife.org/datazone/speciesfactsheet.php?id=4014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
informasi email :