Materi Rock Climbing( Panjat Tebing )
Rock
climbing
merupakan salah satu bagian dari kegiatan Mountaineering yang paling penting,
yang sangat memerlukan kecakapan mendaki tebing batu yang terjal, kemampuan
dalam menganalisa yang tinggi, mental baja , serta ketahanan fisik yang besar.
Karena disini bukan olah raga untuk mereka yan bermental lemah dan takut akan
ketinggian.
Sejarah
Pada awalnya rock climbing lahir dari kegiatan
eksplorasi alam para pendaki gunung dimana ketika akhirnya menghadapi medan
yang tidak lazim dan memiliki tingkat kesulitan tinggi, yang tidak mungkin lagi
didaki secara biasa seperti medan vertical dan tebing terjal. Maka dari itu
lahirlah teknik rock climbing untuk melewati medan yang tidak lazim tersebut
dengan teknik pengamanan diri (safety procedur).
Seiring dengan perkembangan zaman rock climbing
menjadi salah satu kegiatan petualangan dan olah raga tersendiri.Terdapat
informasi tentang sekelompok orang Perancis di bawah pimpinan Anthoine de Ville
yang mencoba memanjat tebing Mont Aiguille (2097 mdpl) di kawasan Vercors
Massif pada tahun 1492. Tidak jelas benar tujuan mereka, tetapi yang jelas,
beberapa dekade kemudian, orang-orang yang naik turun tebingtebing batu di
pegunungan Alpen diketahui adalah para pemburu Chamois (sejenis kambing
gunung). Jadi pemanjatan mereka kurang lebih dikarenakan oleh faktor mata
pencaharian. Pada tahun 1854 batu pertama zaman keemasan dunia pendakian di
Alpen diletakan oleh Alfred Wills dalam pendakiannya ke puncak Wetterhorn (3708
mdpl). Inilah cikal bakal pendakian gunung sebagai olah raga. Kemudian pada
tahun-tahun berikutnya barulah terdengar manusia-manusia yang melakukan
pemanjatan tebing. di seluruh belahan bumi. Lalu pada tahun 1972 untuk pertama
kalinya panjat dinding masuk dalam jadwal olimpiade, yaitu didemonstrasikan
dalam olimpiade Munich. Baru pada tahun 1979 olah raga panjat tebing mulai
merambah di Indonesia. Dipelopori oleh Harry Suliztiarto yang memanjat tebing
Citatah,Padalarang. Inilah patok pertama panjat tebing modern di Indonesia.
v Definisi
Secara
etimologis Rock Climbing terdiri dari dua kata yaitu Rock dan climbing. Rock
berarti batuan atau tebing dan Climbing berarti pemanjatan. Jadi Rock climbing yaitu teknik memanjat pada
tebing batu dengan memanfaatkan cacat batuan, baik tonjolan maupun rekahan yang
mempunyai kemiringan tebing lebih dari 70o. Rock climbing adalah teknik pemanjatan
tebing batu yang memanfaatkan cacat batu tebing (celah atau benjolan) yang
dapat dijadikan pijakan atau pegangan untuk menambah ketinggian dan merupakan
salah satu cara untuk mencapai puncak.
v ETIKA PEMANJATAN
Secara umum etika
pemnjatan sama dengan etika – etika dalam penjelajahan alam, antara lain :
1. Dilarang mengambil sesuatu kecuali gambar
2. Dilarang meninggalkan sesuatu kecuali jejak
3. Dilarang memburu sesuatu kecuali waktu
Secara khusus ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam etika panjat tebing adalah sebagai berikut :
1. Menghormati adat istiadat dan kebiasaan masyarakat setempat.
2. Menjaga kelestarian alam.
3. Merintis jalur baru.
4. Memanjat jalur bernama.
5. Pemberian nama jalur.
6. Memberi keamanan bagi pemanjat lain
1. Dilarang mengambil sesuatu kecuali gambar
2. Dilarang meninggalkan sesuatu kecuali jejak
3. Dilarang memburu sesuatu kecuali waktu
Secara khusus ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam etika panjat tebing adalah sebagai berikut :
1. Menghormati adat istiadat dan kebiasaan masyarakat setempat.
2. Menjaga kelestarian alam.
3. Merintis jalur baru.
4. Memanjat jalur bernama.
5. Pemberian nama jalur.
6. Memberi keamanan bagi pemanjat lain
v MACAM – MACAM BATUAN TEBING
Beberapa batuan yang sering dijumpai yang terutama lokasi dimana sering dijadikan ajang pemanjatan di Indonesia.
1. Batuan Limenstone : banyak memiliki lubang dan berwarna putih.
2. Batuan Beku (Andersit) : berwarna hitam keabu-abuan dan kompak.
- Lava Andersit,seperti andersit dan biasanya dijumpai lubang-lubang kecil bekas keluarnya gas dan dijumpai dengan kesan berlapis
- Breksi lava,menyerupai batu breksi pada umumnya
- Granit,berwarna terang dengan warna dasar putih
Beberapa batuan yang sering dijumpai yang terutama lokasi dimana sering dijadikan ajang pemanjatan di Indonesia.
1. Batuan Limenstone : banyak memiliki lubang dan berwarna putih.
2. Batuan Beku (Andersit) : berwarna hitam keabu-abuan dan kompak.
- Lava Andersit,seperti andersit dan biasanya dijumpai lubang-lubang kecil bekas keluarnya gas dan dijumpai dengan kesan berlapis
- Breksi lava,menyerupai batu breksi pada umumnya
- Granit,berwarna terang dengan warna dasar putih
3. Batuan Sedimen
- Batu Gamping,berwarna putih kekuningan,kompak,banyak dijumpai retakan atau lubang,dan biasanya berlapis.
4. Batu Metamorf
Hampir sama dengan batu gamping tapi disini sudah mengalami rekristalisasi dan warnanya sangat beragam.
- Batu Gamping,berwarna putih kekuningan,kompak,banyak dijumpai retakan atau lubang,dan biasanya berlapis.
4. Batu Metamorf
Hampir sama dengan batu gamping tapi disini sudah mengalami rekristalisasi dan warnanya sangat beragam.
v BAGIAN –
BAGIAN TEBING
- Poin : Bagian Pada Tebing yang bias dijadikan tempat Pegangan dan Pijakan
- Rekahan : Bagian Tebing Yang retak membentuk rekahan
- Rock : Bagian/ Poin tebing yang terjatuh kedasar tebing
- Roof : Bagian Tebing yang berbentuk Kursi terbalik
- Poin : Bagian Pada Tebing yang bias dijadikan tempat Pegangan dan Pijakan
- Rekahan : Bagian Tebing Yang retak membentuk rekahan
- Rock : Bagian/ Poin tebing yang terjatuh kedasar tebing
- Roof : Bagian Tebing yang berbentuk Kursi terbalik
v
Teknik Dasar Pemanjatan Dalam Rock Climbing
1.Face Climbing
Yaitu memanjat pada permukaan tebing dimana masih terdapat tonjolan atau rongga yang memadai sebagai pijakan kaki maupun pegangan tangan. Para pendaki pemula biasanya mempunytai kecenderungan untuk mempercayakan sebagian berat badannya pada pegangan tangan, dan menempatkan badannya rapat ke tebing.
Yaitu memanjat pada permukaan tebing dimana masih terdapat tonjolan atau rongga yang memadai sebagai pijakan kaki maupun pegangan tangan. Para pendaki pemula biasanya mempunytai kecenderungan untuk mempercayakan sebagian berat badannya pada pegangan tangan, dan menempatkan badannya rapat ke tebing.
2. Friction / Slab Climbing
Teknik ini semata-mata hanya mengandalkan gaya gesekan sebagai gaya penumpu. Ini dilakukan pada permukaan tebing yang tidak terlalu vertical, kekasaran permukaan cukup untuk menghasilkan gaya gesekan. Gaya gesekan terbesar diperoleh dengan membebani bidang gesek dengan bidang normal sebesar mungkin. Sol sepatu yang baik dan pembebanan maksimal diatas kaki akan memberikan gaya gesek yang baik.
Teknik ini semata-mata hanya mengandalkan gaya gesekan sebagai gaya penumpu. Ini dilakukan pada permukaan tebing yang tidak terlalu vertical, kekasaran permukaan cukup untuk menghasilkan gaya gesekan. Gaya gesekan terbesar diperoleh dengan membebani bidang gesek dengan bidang normal sebesar mungkin. Sol sepatu yang baik dan pembebanan maksimal diatas kaki akan memberikan gaya gesek yang baik.
3. Fissure Climbing
Teknik ini memanfaatkan celah yang dipergunakan oleh anggota badan yang seolah-olah berfungsi sebagai pasak.
Teknik ini memanfaatkan celah yang dipergunakan oleh anggota badan yang seolah-olah berfungsi sebagai pasak.
v .JENIS PIJAKAN
1. Frinction Steep : Pijakan dalam pemanjatan yang bertumpu pada kaki bagian depan
dan mengandalkan gesekan karet sepatu.
2. Eadging : Pijakan dalam pemanjatan yang menggunakan sisi luar kaki.
3. Mearing : Pijakan dalam pemanjatan yang menggunakan seluruh alas kaki
(Pijakan Biasa)
4. Hel Hooking : Pijakan dalam pemanjatan yang dilakukan untuk mengantisipasi
poin2 yang menggantung dengan menggunakan kekuatan kaki
untuk mengangkat badan keatas untuk menggapai poin selanjutnya
1. Frinction Steep : Pijakan dalam pemanjatan yang bertumpu pada kaki bagian depan
dan mengandalkan gesekan karet sepatu.
2. Eadging : Pijakan dalam pemanjatan yang menggunakan sisi luar kaki.
3. Mearing : Pijakan dalam pemanjatan yang menggunakan seluruh alas kaki
(Pijakan Biasa)
4. Hel Hooking : Pijakan dalam pemanjatan yang dilakukan untuk mengantisipasi
poin2 yang menggantung dengan menggunakan kekuatan kaki
untuk mengangkat badan keatas untuk menggapai poin selanjutnya
v Jenis – jenis Pemanjatan
Panjat tebing menurut
penggunaan pengaman
·
Free Climbing
suatau pemanjatan yang memanfaatkan peralatan hanya
sebagai pengaman dan ranner. sedangkan untuk menambah ketinggian menggunakan
pegangan tangan dan friksi (gaya gesek) kaki sebagai pijakan.
·
Free soloing
suatu pemanjatan yang dalam pergerakannya tidak
memerlukan peralatan pengaman. Sehingga disini benar – benar mengandalkan kemampuan
dan skill dari climber itu. Tetapi biasanya teknik ini dilakukan pada tebing
yang tidak begitu ekstrim dan sudah sering kita panjat jadi tahu dan mengenal
betul jalur – jalur yang ada pada tebing itu. Dan hanya pemanjat yang sudah
profesional saja yang melakukannya karena tingkat resiko kecelakaan tinggi dan
sangat berbahaya.
·
Artifisial climbing
suatu pemanjatan yang dalam usahanya untuk menambah
ketinggian menggunakan bantuan peralatan. disini alat benar-benar
digunakan sebagai penambah ketinggian disampin sebagai pengaman pemanjatan.
·
Top Roof
pemanjatan
yang dimana alat pengamannya sudah terpasang atau kita pasang ditop atau puncak
suatu tebing. Sehingga kita tidak perlu membawa peralatan lagi dalam
pemanjatannya selain yang sudah kita pasang di top tadi.
·
SportClimbing
Adalah pemanjatan dimana pengaman sudah terpasang tinggal kita memasang tali pengaman pada jalur yang sudah ada namanya. Seperti piton itu sudah terpasang ditebing jadi kita tinggal menambahkan runner saja jadi tidak perlu memasang peralatan kompleks lagi.
Adalah pemanjatan dimana pengaman sudah terpasang tinggal kita memasang tali pengaman pada jalur yang sudah ada namanya. Seperti piton itu sudah terpasang ditebing jadi kita tinggal menambahkan runner saja jadi tidak perlu memasang peralatan kompleks lagi.
Panjat tebing menurut
system atau lama waktu pemanjatan dan ketinggian
·
Alpine
taktik
Adalah system pemnjatan
yang mana pemanjat melakukan pemanjatan sampai puncak tanpa turun ke basecamp,
jadi pemanjat selalu berada di tebing saat tidur sekalipun (tidur
gantung/hanging bivouak). Didalam system pemanjatan ini segala aktifitas di
luar pemanjatan akan dilakukan di tebing, untuk ini segala peralatan dan
perbekalan harus benar-benar diperhitungkan, misal kebutuhan makan, minum dan
lain-lain. Penggunaan sistem ini juga harus memperhitungkan personil yang
bertugas untuk mengangkat barang-barang yang banyak tersebut dengan teknik load
carry sehingga membutuhkan personil minimal tiga orang (1 orang leader, 1 orang
bellayer dan 1 orang load carry)..
·
Himalayan
taktik
Adalah Pemanjatan hanya
dilakukan hingga sore hari, kemudian pemanjat turun ke camp dasar dan
pemanjatan dilanjutkan keesokan harinya. Tali yang digunakan sampai picht terakhir
ditinggal untuk melanjutkan pemanjatan, Jadi sebelum melanjutkan pemanjatan
leader dan bellayer jumaring sampai picht terakhir, baru kemudian melanjutkan
pemanjatan. Kelebihan-kelebihan system ini adalah dalam pemanjatan cukup
dibutuhkan dua personil untuk membuka jalur (leader dan bellayer), tidak
diperlukan load carry dan hanging bivoak, walaupun hanya satu personel yang
mencapai puncak pemanjatan sudah dianggap berhasil, yang terakhir pemanjat
dapat melakukan istirahat dengan nyaman dibase camp. Kekurangan nya ialah
membutuhkan banyak peralatan dilakukan dalam pemanjatan, pemanjatan yang
menggunakan system ini membutuhkan waktu lebih lama.
TeknikTurun/Rappeling
Teknik ini digunakan untuk menuruni tebing. Dikategorikan sebagai teknik yang
sepeuhnya bergantung dari peralatan. Prinsip rappelling adalah sebagai berikut :
1.Menggunakan tali rappel sebagai jalur lintasan dan tempat bergantung.
2.Menggunakan gaya berat badan dan gaya tolak kaki pada tebing sebagai pendorong gerakturun
3.Menggunakan salah satu tangan untuk keseimbangan dan tangan lainnya untuk
mengatur kecepatan.
Teknik ini digunakan untuk menuruni tebing. Dikategorikan sebagai teknik yang
sepeuhnya bergantung dari peralatan. Prinsip rappelling adalah sebagai berikut :
1.Menggunakan tali rappel sebagai jalur lintasan dan tempat bergantung.
2.Menggunakan gaya berat badan dan gaya tolak kaki pada tebing sebagai pendorong gerakturun
3.Menggunakan salah satu tangan untuk keseimbangan dan tangan lainnya untuk
mengatur kecepatan.
v JENIS ANCOR
§ Natural Ancor/ Penambat
Alami adalah penambat alamiah yang tersedia oleh alam,Contoh : Batang pohon,
Akar pohon, Batu besar yang dijamin kuat
§
Artificial Ancor/ Penambat Buatan adalah Alat yang
didesain secara khusus untuk digunakan sebagai penambat, contoh : Piton, sky
hook, Brigbo, ramset, hunger, stoper,
1. Paku Piton
Merupakan pengaman sisipan yg berguna sebagai pasak.
1. Paku Piton
Merupakan pengaman sisipan yg berguna sebagai pasak.
2. Stopper
Digunakan untuk celah vertical yg menyempit kebawah dengan prinsip kerja menjepit celah membentuk sudut atau menyempi
Digunakan untuk celah vertical yg menyempit kebawah dengan prinsip kerja menjepit celah membentuk sudut atau menyempi
3. Sky Hook
Sebagai pengaman sementara dengan prinsip kerja menyisipkan ujung sky hook pada celah bebatuan dan harus terbebani, usahakan meminimalkan gerak.
Sebagai pengaman sementara dengan prinsip kerja menyisipkan ujung sky hook pada celah bebatuan dan harus terbebani, usahakan meminimalkan gerak.
4. Ramset dan Hanger
Satu set peralatan dalam artificial climbing yg berfungsi untuk menanamkan bolt dan kemudian digabungkan dengan hanger sehingga menjadi pengaman tetap.
5. Friend
Pengaman yg diselipkan pada celah batu dengan bermacam ukuran. Friend ada 2 macam :
- Regular Friend
Terbuat dari allumunium alloy dan mempunyai kelemahan yaitu berbentuk static/tidak mempunyai kelenturan. Alat ini bekerja dengan baik dicelah overhang.
- Fleksibel Friend
Bentuknya sama dengan regular friend hnya mempunyai kelebihan terbuat dari kawat baja yg menjadikan friend ini sangat fleksibel, dan dapat dipasang disemua celah dan segala posisi.
Pengaman yg diselipkan pada celah batu dengan bermacam ukuran. Friend ada 2 macam :
- Regular Friend
Terbuat dari allumunium alloy dan mempunyai kelemahan yaitu berbentuk static/tidak mempunyai kelenturan. Alat ini bekerja dengan baik dicelah overhang.
- Fleksibel Friend
Bentuknya sama dengan regular friend hnya mempunyai kelebihan terbuat dari kawat baja yg menjadikan friend ini sangat fleksibel, dan dapat dipasang disemua celah dan segala posisi.
6. Hexa
Prinsip kerja sama dengan stopper hanya berbeda pada bentuk round (bulat) dan hexagonal (segi enam).
7. Chocker
Alat bantu yg berfungsi untuk melepaskan hexa atau stopper yg terkait di celah batu.
Prinsip kerja sama dengan stopper hanya berbeda pada bentuk round (bulat) dan hexagonal (segi enam).
7. Chocker
Alat bantu yg berfungsi untuk melepaskan hexa atau stopper yg terkait di celah batu.
v Klasifikasi Tebing
Menurut Kondisi Medan
1.
Klas I : Berjalan tegak
tanpa peralatan
2.
Klas II : Medan agak sulit
perlu bantuan kaki dan tangan
3.
Klas III : Medan agak curam perlu teknik
tertentu
4.
Klas IV : Kesulitan bertambah, tali
dan pengaman sudah digunakan
5.
Klas V : Rute semakin sulit perlu banyak pengaman
6. Klas
VI : Pemanjatan sudah sepenuhnya
bergantung pada pengaman
karena celah maupun pegangan tidak ada.
Di Inggris, penggolongan tingkat kesulitan
dinyatakan dengan hurup, yaitu :
1. E (easy = mudah)
2. M (moderate = sedang)
3. D (difficult = sulit)
4. VD (very difficult)= sangat sulit)
5. S (severe = berat)
6. VS (very severe = sangat beraat)
7.HVS (hard very severe = sangat berat
sekali)
8.EXS (exstreme severe = paling berat)
Di
pegunungan Alpin di Eropa, penggolongan itu dinyatakan dengan angka romawi I
sampai IV. Dibandingkan dengan standar Inggris, penggolongan tingkat kesulitan
di Eropa daratan itu adalah sebagai berikut :
EROPA
|
INGGRIS
|
I
|
E
|
II
|
M
|
III
|
D
|
IV
|
VD/S
|
V
|
S/VS
|
VI
|
VS ke atas
|
Namun perlu digaris
bawahi untuk tingkat kesulitan dalam teknik pemanjatan ini tidaklah mutlak,
standar ini masih bergantung oleh beberapa hal seperti pengamatan dari setiap
pemanjat juga pasti berbeda karena tidak semua pemanjat berskill sama.
v Langkah-langkah Pemanjatan
A.
Penentuan jalur.
Dalam pemilihan jalur harus berdasar pada data
yang telah ada, baik melalui literatur, imformasi, serta pengamatan langsung
atau orientasi jalur. Dimana hal-hal dalam orientasi jaluryang berguna dalam
pemanjatan antara lain:
ü Mengetahui tinggi medan,jenis batuan, macam
pitch yang akan dipanjat.
ü Menentukan posisi awal pemanjatan.
ü Menentukan jenis alat pengaman yang akan
digunakan.
ü Mengatur penempatan ancor, pergantian leader
untuk hanging belay dan hanging bivaak.
B.
Pembagian personel.
Pembagian
personel harus berdasarkan pada :
a. Jumlah personelnya
b. Kemampuan personel
c. Jalur yang ditentukan
d.
Sistem pemanjatan
e. Ketersediaan peralatan
C.
Persiapan peralatan
Macam-macam peralatan yang digunakan harus
disesuaikan dengan jalur yang dipilih, dan disusun rapi dan sistematis.
Faktor yang mempengaruhi pemakaian alat :
Jenis batuan
Kemampuan batuan
Cacat batuan
Pengaman yang tersedia
D.
Persiapan pemanjatan
Setelah semua siap, baik peralatan, leder,
belayer maka pemanjatan dapat dimulai. Hal yang penting dalam pemanjatan beregu
yaitu komunikasi antar pemanjat baik leader maupun belayer yang menggunakan
bentuk komunikasi. Ada dua bentuk yaitu melalui bahasa dan isyarat. Komunikasi
bahasa digunakana apabila antara leader dan belayer masih dalam jangkauan
teriakan. Komunikasi isyarat banyak digunakan bila antara leader dan bilayer
sudah tidak dalam jangkauan teriakan. Dalam kenyataanya dilapangan komunikasi
isyarat lebih menguntungkan sebab irit energi dan mudah pemakaiannya.
1. Pemanjatan
Dalam pemanjatan ini, leader melakukan pitch 1
dengan membawa dua rol tali sekaligus. Satu sebagai tali utama (yang akan
diikatkan pada raner) dan tali tambat (fixet rope). Dalam fixet rope inidapat
juga sebagai transport antara leader dan personil yang ada dibawahnya.
2. Cleaning
Setelah leader menyelesaikan pitch 1 dan
memberitahu bahwa pemanjat kedua siap dan boleh naik. Personel kedua melakukan
jumaring dan sekaligus menyapu runner yang telah dipasang leader.
Keuntungan
jumaring pada fixet rope yaitu :
·
Tali dalam keadaan lurus vertikal sehingga
tidak terjadi pendulum
·
Tali tidak tertambat pada runner yang akan
diambil sehingga memudahkan pengambilan
·
Gerakan lebih bebas
Agar
cleaner tidak terlalu jauh dengan runner yang akan dilepas, maka antara tali
utama dengan fixet rope harus dihubungkan. Macam tugas cleaner :
a. Membersihkan jalur dan menyapu runner
b. Mencatat pengaman yang digunakan berikutnya
c. Sebagai
leader untuk pitc berikutnya
d. Membawa
tali untuk pemanjatan
3.
Pemanjatan untuk pitch 2 dan selanjutnya
Pemanjatan berikutnya dilakukan apabila setelah
cleaner sampai di pitch 1. Pada pitch 2 ini cleaner menjadi leader dan yang
tadi sebagai leader berganti sebagai belayer. Sementara itu personel yang ada
dibawah naik dengan jummaring, bila kondisi memungkinkan gerakan personil
dibawah dapat dilakukan dalam waktu yang bersamaan dengan leader pada pitch 2,
yang hanya perlu diwaspadai adanya runtuhan batuan, terutama pada gerakan
leader. Untuk pemanjatan selanjutya pada pitch selanjutnya prosedurnya sama
seperti diatas.
4. Turun tebing
Turun tebing dilakukan apabila pemanjat sudah
sampai puncak dan menyelesaikan target yang telah ditentukan. Cara yang
digunakan yaitu dengan reppeling. Untuk reppling perlu dibuat ancor sebagai
penambat tali. Setelah tali terpasang maka reppling siap dilakukan. Reppling
dapat dilakukan dengan tali tunggal atau ganda (doubel). Biasanya personel yang
paling akhir menggunakan doubel rope dan tali hanya dikalungkan pada anchor,
agar tali tersebut dapat ditarik ke bawah, begitu seterusnya untuk setiap
pitch.
Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam reppling :
·
Ujung bawah tali harus disimpul
·
Tali antar pitc harus selalu dihubungkan
·
Waspada terhadap runtuhan batuan
5. Dasar tebing
Setelah semuanya pemanjat turun, maka yang
harus dilakukan adalah pendataan dan pengecekan semua peralatan yang dipakai.
6. Pembuatan topo
atau data
Topo adalah merupakan gambar atau sket jalur
yang berhasil dipanjat. Dalam pembuatan sket ini dilengkapi dengan data sebagai
berikut :
a. Nama jalur yang dipanjat
b. Lokasi tebing
c. Jenis batuan
d. Tinggi tebing
e. Sistem pemanjatan
f. Teknik
pemanjatan yang diterapkan
g. Waktu
pemanjatan
h. Tingkat kesulitan ( grade
)
i. Data
peralatan yang digunakan
j. Sketsa jalur
pada tebing
k. Operasional dan
kondisis cuaca
l. Daftar
pemanjat
v Belaying
Dalam pemanjatan tebing,
orang yang pertama kali manjat disebut “leader”, sedangkan orang kedua yang
melakukan pengamanan terhadap pemanjatan pertama disebut “Belayer”. Leader
pemanjat pertama ini, memajat dengan pengamanan dari orang kedua (belayer)
dengan system belaying yang terdiri dari tali dan ranner(raning bilay). Runner
atau ranning belay adalah pengaman untuk mengurangi bahaya jatuh. Sedangkan
untuk Belaying adalah suatu cara pengamanan untuk mengurangi bahaya
jatuh pada waktu melakukan pemanjatan.
Yang harus diperhatikan dalam
melakukan belay atau pengamanan :
-
Belayer harus melihat gerakan leader sedapat mungkin. Hal ini dilakukan untuk
memperlancar gerakan leader dalam menambah ketinggian dan dapat secepat mungkin
mengantisipasi keadaan apabila leader terjatuh pada pemanjatan.
-
Belayer harus memasang pengaman untuk dirinya dirinya sendiri sebelum melakukan
belaying. Hal ini sangat penting apabila belayer mengantisipasi jatuhnya
leader, dimana ia mendapat beban tambahan dan sentakan darin leader yang
terjatuh. Sedangkan pengaman untuk belayer sendiri minimal dua buah.
Sebagai
penutup dari uraian singkat mengenai systim belaying ini, maka perlu dijelaskan
secara internasional yang memakai istilah bahasa inggris untuk menghindari
kemungkinan salah paham antara belayer dengan pemanjat atau leadernya, yaitu :
v KODE – KODE YANG
DIGUNAKAN DALAM PEMANJATAN
Kode – kode pemanjatan adalah sebagai berikut :
1. Climb : Pemanjat Menginstrusi kepada Pembilay bahwa pemanjat siap memanjat.
2. Climbing : Pembilay Memberitahukan kepada pemanjat bhw dia siap mengamankan pemanjat.
3. On Belay : Pemanjat Menginstrusi kepada pembilay bahwa pemanjat memulai memanjat.
4. Belay On : Pembilay Memberitahukan kepada pemanjat bhw dia telah mengamankan pemanjat.
5. Full : Pemanjat Menginstrusi kepada pembilay agar tali dikencangkan
6. Slack : Pemanjat Menginstrusi kepada pembilay agar tali dikendorkan
7. Rock : Pemanjat Memberitahukan kepada orang yang berada dibawah bahwa ada batuan tebing yang jatuh.
8. Top : Pemanjat Memberitahukan bahwa dia telah sampai pada puncak
9. Belay of : Pemanjat Menginstrusi kepada pembilay bahwa dia tidak membutuhkan
lagi pengamanan
10. Of Belay : Pembilay Menginstrusi kepada pemanjat bahwa dia tidak mengamankan
lagi.
Kode – kode pemanjatan adalah sebagai berikut :
1. Climb : Pemanjat Menginstrusi kepada Pembilay bahwa pemanjat siap memanjat.
2. Climbing : Pembilay Memberitahukan kepada pemanjat bhw dia siap mengamankan pemanjat.
3. On Belay : Pemanjat Menginstrusi kepada pembilay bahwa pemanjat memulai memanjat.
4. Belay On : Pembilay Memberitahukan kepada pemanjat bhw dia telah mengamankan pemanjat.
5. Full : Pemanjat Menginstrusi kepada pembilay agar tali dikencangkan
6. Slack : Pemanjat Menginstrusi kepada pembilay agar tali dikendorkan
7. Rock : Pemanjat Memberitahukan kepada orang yang berada dibawah bahwa ada batuan tebing yang jatuh.
8. Top : Pemanjat Memberitahukan bahwa dia telah sampai pada puncak
9. Belay of : Pemanjat Menginstrusi kepada pembilay bahwa dia tidak membutuhkan
lagi pengamanan
10. Of Belay : Pembilay Menginstrusi kepada pemanjat bahwa dia tidak mengamankan
lagi.
v Peralatan
Pemanjatan
1. Tali carmentel
1. Tali carmentel
Fungsi
utamanya dalam pendakian adalah sebagai pengaman apabila jatuh.Dianjurkan
jenis-jenis tali yang dipakai hendaknya yang telah diuji oleh UIAA (Union International des Associations d’Alpinisme), suatu badan yang menguji kekuatan peralatan-peralatan pendakian. Panjang tali dalam pendakian
dianjurkan sekitar 50 meter, yang memungkinkan leader dan belayer masih dapat
berkomunikasi.. Secara umun tali di bagi menjadi dua macam yaitu :
jenis-jenis tali yang dipakai hendaknya yang telah diuji oleh UIAA (Union International des Associations d’Alpinisme), suatu badan yang menguji kekuatan peralatan-peralatan pendakian. Panjang tali dalam pendakian
dianjurkan sekitar 50 meter, yang memungkinkan leader dan belayer masih dapat
berkomunikasi.. Secara umun tali di bagi menjadi dua macam yaitu :
a. Static
Mempunyai daya lentur 6% - 9%, digunakan untuk tali fixed rope yang digunakan untuk ascending atau descending. Standart yang digunakan adalah 10,5 mm.
b.
Dynamic
Mempunyai daya lentur hingga 25%, digunakan sebagai tali utama yang menghubungkan pemanjat dengan pengaman pada titik terting
Mempunyai daya lentur hingga 25%, digunakan sebagai tali utama yang menghubungkan pemanjat dengan pengaman pada titik terting
2. Harnes / Tali Tubuh
Alat pengaman yang dapat menahan atau mengikat badan. Ada dua jenis harnes :
Alat pengaman yang dapat menahan atau mengikat badan. Ada dua jenis harnes :
· Seat
Harnes, menahan berat badan di pinggang dan paha.
· Full
Body Harnes, menahan berat badan di dada, pinggang, punggung, dan paha.
· Chest Harnes, menahan berat badan di dada dan
punggung.
Harnes ada yang dibuat dengan webbning atau tali, dan ada yang
sudah langsung dirakit oleh pabrik.
3. Carabiner
cincin
kait yg terbuat dari alumunium alloy sebagai pengait dan dikaitkan dengan alat
lainnya.
·
carabiner srew gate
·
carabiner non screw gate
·
Carabiner autolocks (menggunakan kunci pengaman
otomatis terkunci sendiri)
4.
Helmet
adalah
pelindung kepala yg melindungi kepala dari benturan dari benda-benda yang
terjatuh dari atas.
5.
Descender
peralatan yg digunakan untuk meniti tali
kebawah serta mengamankan leader disaat membuat jalur, biasanya yg sering
digunakan adalah figure of eight dan auto stop.
6.
Ascender
peralatan yg digunakan untuk meniti tali ke
atas dan secara otomatis akan mengunci bila dibebani. Jenis yang digunakan
biasanya jumar dan croll
7.
Grigri
alat ini digunakan untuk membelay, alat ini
mempunyai tingkat keamanan yg paling tinggi karena dapat membelay dengan
sendirinya.
8.
Sepatu
Panjat
sbg
pelindung kaki dan mempunyai daya friksi yg tinggi sehingga dpt melekat di
tebing. Jenisnya sendiri yang sering digunakan adalah soft (lentur/fleksibel)
dan hard (keras).
9.
Calk bag
sebagai tempat MgCo3 (Magnesium Carbonat) yg
berfungsi agar tangan tidak licin karena
berkeringat sehingga akan membantu dalam pemanjatan.
10.
Hammer
berfungsi
untuk menanamkan pengaman dan melepaskan kembali, biasanya yg diapakai jenisnya
ringan dan mempunyai kekuatan tinggi dan ujungnya berfungsi mengencangkan mur
pada saat memasang hanger.
11.
Webbing
peralatan panjat yg berbentuk pipih tidak
terlalu kaku dan lentur. Webbing mempunyai banyak kegunaan salah satunya bisa
digunakan sebagai Harness, Sling, Back Up pengaman, etc.
12.
Sling Prusik
merupakan jenis tali carmentel yg berdiameter
5-6 mm, biasanya digunkan sbg pengganti sling runner dan juga dpt digunakan
untuk meniti tali keatas dengan menggunakan simpul prusik.
13.
Pulley
mirip katrol, kecil dan ringan tetapi memiliki
kemampuan dalam beban yg berat.
14.
Handdrill
merupakan media untuk mengebor tebing secara
manual, yg berfungsi untuk menempatkan pengaman berupa bolt serta hanger.
15.
Sling
Sling biasanya dibuat dari tabular webbing, terdiri dari beberapa tipe. Fungsi
sling antara lain :
- sebagai penghubung
- membuat natural point, dengan memanfaatkan pohon atau lubang di tebing.
- Mengurangi gaya gesek / memperpanjang point
- Mengurangi gerakan (yang menambah beban) pada chock atau piton yang terpasang.
Sling biasanya dibuat dari tabular webbing, terdiri dari beberapa tipe. Fungsi
sling antara lain :
- sebagai penghubung
- membuat natural point, dengan memanfaatkan pohon atau lubang di tebing.
- Mengurangi gaya gesek / memperpanjang point
- Mengurangi gerakan (yang menambah beban) pada chock atau piton yang terpasang.
16.
Figure
of eight
Sebuah alat berbentuk angka delapan. Fungsinya
sebagai pembantu menahan gesekan, sehingga dapat membantu pengereman. Biasa
digunakan untuk membelay atau rappelling.
17.
Quickdraw atau Runner
Adalah pasangan webbing atau sling dengan dua buah carabiner jenis
snapring, dipakai sebagai alat proteksi di tebing.
Adalah pasangan webbing atau sling dengan dua buah carabiner jenis
snapring, dipakai sebagai alat proteksi di tebing.
18. Etrier / Tangga
Sebagai peralatan tambahan untuk menambah ketinggian apabila
kita menemui tebing yang sangat ekstrem medannya dan sudah tidak ada lagi
rekahan atau tonjolan yang bisa digunakan. Etrier bisa kita buat sendiri dari
Webbing atau buatan dari pabrik.
19.
Daisy
chain
terbuat dari webbing, berfungsi untuk menambah ketinggian serta menjaga
apabila etrier jatuh.
v
SIMPUL-SIMPUL DASAR DALAM PANJAT TEBING
o
Simpul delapan (figure
of eight knot)
Untuk pengaman utama
dalam penambatan dan pengaman utama yang dihubungkan dengan tubuh atau harnest
apabila carabiner tidak ada Toleransi 55% – 59%.
o Simpul delapan ganda (double lub figure of eight knot)
Untuk pengaman utama dalam penambatan dan pengaman
utama yang dihubungkan dengan tubuh atau harnest. Toleransi 55% – 59%.
o Simpul nelayan (fisherman knot)
Untuk menyambung 2 tali yang sama besarnya dan
bersifat licin. Toleransi 41% – 50%
o
o
o Simpul perusik
o Simpul pangkal (eliver hitch)
Untuk mengikat tali pada penambat yg fungsinya sebagai
pengaman utama (fixed rope) pada anchor natural dsb. Toleransi terhadap
kekuatan tali akan berkurang sebesar 45%.
o Simpul pita
Untuk Menyambung Tali yang sejenis, yang sifatnya
licin atau berbentuk pipih (umumnya digunakan untuk menyambung Webbing)
o Simpul bowline/Simpul Kambing
Untuk pengaman utama dalam penambatan atau pengaman
utama yang dihubungkan dengan penambat atau harnest. Toleransi 52%.
o Simpul jangkar
Untuk mengikat tali pada penambat yg fungsinya sebagai
pengaman utama (fixed rope) pada anchor natural dsb. Toleransi terhadap
kekuatan tali akan berkurang sebesar 45%.
o
o
o Simpul belay (Italian hitch)
Untuk repeling jika tidak ada figure eight atau
grigri. Toleransi terhadap kekuatan tali akan berkurang 45%.
o
Simpul kupu-kupu
Untuk membuat ditengah atau diantara
lintasan horizon. Bisa juga digunakan untuk menghindari tali yang sudah friksi.
Toleransi terhadap kekuatan tali 50%.
·
PLAYBOY LOOP
Prusik
(diucapkan "prʌsɪk") adalah halangan gesekan atau simpul yang
digunakan untuk meletakkan tali kecil di sekitar loop tali, diterapkan dalam
pendakian, canyoneering, mountaineering, caving, penyelamatan tali, dan oleh
arborists. Dalam kegiatan di alam biasanya diartikan
sebagai sebuah kegiatan menaiki atau memanjat sebuah tali (carmantel) dengan
bantuan dua buah tali kecil (prusik) beserta peralatan yang
mendukungnya,terserah anda mendeskripsikan prusiking intinya menaiki tali
dengan prusik, hehe... Adapun seni dalam prusiking itu bermacam-macam. Dalam
perlombaan ada beberapa jarak ketinggian yang di tentukan.
REPLING
REPLING
Repling adalah
kebalikan dari prusiking, kalau prusik keatas sekarang kebawah dengan bantuan
figur dari sebuah ketinggian. Dalam repling juga ada beberapa seni mulai dari
yang biasa duduk sampai yang kepala di bawah atau yang seperti para pak tentara
tentara.
ALAT-ALAT
KERNMANTEL,WIBING,KARABINER,ANGKA8,KAOS TANGAN,TALI PRUSIK.
Cara memasang wibing adalah dengan cara :
1.pertama atur terlebih dahulu panjang tali jiwa atau wibing tersebut supaya sama panjangnya
2.kita harus mengikatkan pada pinggang kita
3.selipkan kedua pangkal paha dari depan ke belakang
Cara praktek prusiking [naik pada tebing]adalah :
1.kita harus pasang wibing dengan benar agar keselamatan terjamin
2.pasang tali frusik pada karmantel
3.setelah itu kita harus pasang karabirskru pada weabing dan tali frusik pada bagian atas
4.setelah itu mulailah memanjat dengan cara [1].naikkan tali frusik bagian atas. [2].setelah itu naikkan tali frusik bagian bawah dan injak lalu kita naik ke atas. [3].kita harus melakukan dengan berulang-ulang. jika kita melakukan penurunan kita harus melalui langkah-langkah berikut tetapi agak berbeda dengan cara naik ke atas,weabing tali jiwa di pasang terlebih dahulu kemudian sneep di masukkan ke tali jiwa,angka8 dimasukkan kekernmantel, kemudian di masukkan ke sneep. lalu kita coba setelah ki mau turun posisi badan harus dengan jongkok dan posisi tangan tangan kita yan sebelah kanan berada di belakang sedangkan tangan kiri kita berada di depan lalu kita turun .
Cara memasang wibing adalah dengan cara :
1.pertama atur terlebih dahulu panjang tali jiwa atau wibing tersebut supaya sama panjangnya
2.kita harus mengikatkan pada pinggang kita
3.selipkan kedua pangkal paha dari depan ke belakang
Cara praktek prusiking [naik pada tebing]adalah :
1.kita harus pasang wibing dengan benar agar keselamatan terjamin
2.pasang tali frusik pada karmantel
3.setelah itu kita harus pasang karabirskru pada weabing dan tali frusik pada bagian atas
4.setelah itu mulailah memanjat dengan cara [1].naikkan tali frusik bagian atas. [2].setelah itu naikkan tali frusik bagian bawah dan injak lalu kita naik ke atas. [3].kita harus melakukan dengan berulang-ulang. jika kita melakukan penurunan kita harus melalui langkah-langkah berikut tetapi agak berbeda dengan cara naik ke atas,weabing tali jiwa di pasang terlebih dahulu kemudian sneep di masukkan ke tali jiwa,angka8 dimasukkan kekernmantel, kemudian di masukkan ke sneep. lalu kita coba setelah ki mau turun posisi badan harus dengan jongkok dan posisi tangan tangan kita yan sebelah kanan berada di belakang sedangkan tangan kiri kita berada di depan lalu kita turun .