Jumat, 12 Juni 2015

Si Hitam, Siamang

 
Siamang atau Symphalangus syndactylus merupakan kera hitamberlengan panjang yang hidup yang hidup di Sumatera, Indonesia dan semenanjung Malaysia.
Dengan lengannya yang panjang, siamang menjadi kera yang sangat tangkas di atas pohon. Hal ini membuat setiap predator kesulitan jika hendak menangkap siamang (Symphalangus syndactylus). Sayangnya ketangkasan Si Kera Hitam itu tidak menghindarkannya dari ancaman kepunahan lantaran perburuan yang dilakukan manusia dan deforestasi hutan.
Siamang, yang dalam bahasa Inggris juga disebut Siamang, dalam bahasa latin dinamai Symphalangus syndactylus (Raffles, 1821). Kera hitam berlengan panjang ini mempunyai beberapa nama sinonim seperti Hylobates syndactylus (Raffles, 1821), Symphalangus continentis (Thomas, 1908),Symphalangus gibbon (C. Miller, 1779), Symphalangus subfossilis (Hooijer, 1960), dan Symphalangus volzi (Pohl, 1911).
Ciri Fisik dan Perilaku.
Ciri utama siamang (Symphalangus syndactylus) adalah postur tubuhnya yang kurang tegak dengan lengan yang panjang dan postur tubuh yang kurang tegak. Selain itu, siamang memiliki sebuah kantung di tenggorokan yang akan membesar ketika kera hitam ini mengeluarkan suara.
Primata ini tidak memiliki ekor. Tubuh siamang ditumbuhi bulu berwarna hitam agak kecoklatan kecuali pada bagian muka jari, telapak tangan, ketiak, dan telapak kaki. Siamang dewasa berukuran antara 75-90 cm dengan berat sekitar 8-16 kg. Rentang tangannya sangat panjang dan melebihi panjang tubuhnya yakni mencapai 150 cm.
Siamang merupakan binatang herbivora yang memakan berbagai macam daun dan buah seperti mangga, buah ara dan anggur. Siamang (Symphalangus syndactylus) juga terkadang memakan serangga, telur dan burung-burung kecil. Saat makan, mereka memegang makanan dengan satu tangan sedangkan tangan yang satunya bergantungan di pohon.
Dalam berpasangan, siamang merupakan binatang yang setia. Kera berlengan panjang ini kawin dengan pasangannya seumur hidup. Mereka biasanya tinggal dalam kelompok-kelompok kecil. Anak siamang biasanya dirawat oleh induk betina hingga disapih pada usia sekitar satu tahun. Setelah disapih, siamang kecil akan dirawat dan dijaga oleh sang ayah hingga siamang berusia sekitar 3-5 tahun ketika telah mampu berdikari dan membela diri.
Tenggorokan siamang membesar (menggembung) saat berteriak
Siamang (Symphalangus syndactylus) berkomunikasi dengan sesamanya dengan suara. Uniknya, mereka mempunyai kantong di tenggorokan yang mampu membesar ketika siamang mengeluarkan suara. Dengan bantuan kantong ini, suara siamang mampu terdengar hingga sejauh 5 km.
Habitat, Persebaran, dan Konservasi.
Siamang (Symphalangus syndactylus) hidup di pulau Sumatera Indonesia, Semenanjung Malaysia, dan Thailand. Primata bertangan panjang ini mendiami habitat berupa hutan tropis. Spesies primata ini sering ditemukan di daerah pada ketinggian di atas 300 meter dpl, meskipun tidak jarang dijuampai pula di daerah dataran rendah.
Beberapa tempat yang diduga masih terdapat populasi siamang antara lain Taman Wisata bukit kaba, Hutan Lindung Bukit Daun, Taman Nasional Bukit Barisan, Taman Nasional Gunung Leuser, Taman Nasional Way Kambas, Taman nasional kerinci seblat, (Indonesia).
Ancaman utama populasi siamang adalah deforestasi hutan baik oleh perambahan hutan maupun oleh kebakaran hutan. Ancaman kedua adalah perburuan liar dan perdagangan satwa yang dilakukan oleh manusia. Justru ancaman populasi karena predator alami sangat kecil.
Akibat deforestasi dan perburuan, siamang menjadi salah satu satwa langka di dunia. Oleh IUCN Redlist, primata bernama latin Symphalangus syndactylus ini dikategorikan dalam status konservasi “endangered” (Terancam Punah) sejak tahun 2008. CITES juga memasukkan kera langka ini dalam daftar Apendiks I. Ini artinya, primata hitam berlengan panjang ini tidak boleh diperdagangkan.
Di Indonesia, siamang termasuk dalam salah satu binatang yang dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintan Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.
Klasifikasi Ilmiah: Kerajaan: Animalia; Filum: Chordata; Kelas: Mammalia; Ordo: Primates; Famili: Hylobatidae; Genus: Symphalangus; Spesies:Symphalangus syndactylus; Nama Binomial: Symphalangus syndactylus(Raffles, 1821). Nama Indonesia: Siamang.

Siamang menghuni sisa-sisa hutan pulau Sumatera dan Semenanjung Melayu, dan secara luas didistribusikan dari hutan dataran rendah sampai pegunungan hutan bahkan hutan hujan dan dapat ditemukan pada ketinggian hingga 3800 m.

siamang (Symphalangus syndactylus) adalah  kera berekor, arboreal, hitam berbulu siamang asli hutan dariMalaysia, Thailand, dan Sumatera. Yang terbesar dari kera rendah, siamang dapat dua kali ukuran lainnya owa,mencapai 1 m di ketinggian, dan beratnya mencapai 14 kg. Siamang adalah satu-satunya spesies dalam genusSymphalangus. Siamang yang khas karena dua alasan. Yang pertama adalah bahwa dua digit pada setiap kaki yang sebagianbergabung dengan membran-maka nama “syndactylus”, dari matahari, Yunani “bersatu” daktulos, jari” Kuno.Yang kedua adalah besar gular kantung (ditemukan pada laki-laki dan perempuan dari spesies), yang merupakankantong tenggorokan yang dapat mengembang dengan ukuran kepala siamang, yang memungkinkan hewan untuk membuat keras, panggilan beresonansi atau lagu.
Mungkin ada dua subspesies siamang tersebut. Jika demikian, mereka adalah mencalonkan siamang sumatera (S. s.Syndactylus) dan siamang Malaysia (S. s. Continentis, di Semenanjung Malaysia) [3] Jika tidak, orang Malaysiahanya. Populasi. Siamang terjadi sympatrically dengan lainnya owa, rentang dua sepenuhnya berada di dalamrentang gabungan dari siamang tangkas dan siamang lar. Meskipun siamang diberi nama yang berbeda dari yanglainnya owa, divisi ini tidak cladistically suara, sejak genus Nomascus memisahkan diri dari sisa owa sebelum perpecahan Symphalangus.
Siamang bisa hidup lebih dari 30 tahun di penangkaran.
Sementara perdagangan hewan peliharaan ilegal mengambil tol pada populasi liar, ancaman utama untuk siamangadalah hilangnya habitat di Malaysia dan Sumatera. Industri produksi minyak sawit membersihkan petak hutan yang luas, mengurangi habitat siamang, bersama dengan spesies lain, seperti harimau sumatera.


Siamang menghuni sisa-sisa hutan pulau Sumatera dan Semenanjung Melayu, dan secara luas didistribusikan dari hutan dataran rendah sampai pegunungan hutan bahkan hutan hujan dan dapat ditemukan pada ketinggian hingga3800 m. Kehidupan siamang dalam kelompok sampai enam orang (empat orang rata-rata) dengan berbagai rumahrata-rata 23 hektar , rentang hari mereka adalah jauh lebih kecil daripada spesies Hylobates sympatric, sering kurang dari 1 km , siamang yang merdu.. bernyanyi memecah keheningan hutan di pagi hari setelah tangkas owa‘atau lar owapanggilan. The siamang di Sumatera dan Semenanjung Melayu yang mirip dalam penampilan, tetapi beberapa perilaku berbeda antara dua populasi.
 Siamang memiliki panjang, padat, rambut shaggy yang merupakan warna paling gelap dari semua siamang. Keramemiliki panjang, ceking lengan yang lebih panjang dari kaki mereka. Rata-rata lama siamang adalah 90cm, tapiyang terbesar yang pernah mereka tumbuh adalah 1 meter 50 cm. Wajah ini siamang besar adalah sebagian besar berbulu selain kumis tipis.
Siamang tersebut makan terutama berbagai bagian tanamansiamang Sumatera lebih pemakan buah dari Malayanrelatif, dengan buah membuat hingga 60% dari diet. Siamang tersebut makan sedikitnya 160 spesies tanaman, dari tanaman merambat ke tanaman berkayu. Makanan utamanya adalah buah ara (Ficus spp.), Anggota dari keluargaMoraceae. siamang lebih suka makan matang daripada buah mentah, dan daun muda daripada tua. Ini makanbunga dan beberapa hewan, terutama serangga. Ketika siamang yang makan bunga besar, ia makan hanyacorollae (kelopak), tetapi akan memakan semua bagian bunga yang lebih kecil, dengan buah kecil yang dikumpulkan di tangannya sebelum dikonsumsi. Ketika makan biji besar dan keras atau biji dengan ujung yang tajam, maka akan mengupas habis daging buah dan membuang benih. Meskipun diet terdiri dari porsi besar buah,ini adalah yang paling folivorous dari semua anggota Hylobatidae. Seperti juga siamang terbesar, itu cocok dengantren umum makanan primata di mana primata yang lebih besar cenderung lebih folivorous.

Teknik Pemetaan Gua



Gua itu harus di petakan untuk data dan sebagai bahan acuan berikutnya.Dan gua adalah gambaran perspektif gua yang diproyeksikan keatas bidang datar yang bersifat selektif dan dapat dipertanggung jawabkan secara visual dan matematis dengan menggunakan skala tertentu
Manfaat Peta Gua :
-          Merupakan bukti otentik bagi penelusuran gua, sebagai team / penelusur pertama yang menelusuri gua tersebut.
-          Membantu para ahli dalam mempelajari Biospeleologi, Hidrologi, ataupun ilmu yang terkait dalam speleologi.
-          Untuk mencari korelasi korelasi system perguaan dengan gua-gua di sekitarnya.
-          Kepentingan Hankamnas
-          Pariswisata untuk memudahkan dalam menentukan prencanaan dalam pengembangan gua sebagai objek wisata
-          Sebagai data / rekaman keadaan gua pada saat itu (biasanya disertai dengan foto)

Peralatan Yang Digunakan
1.            Kompas
Mengetahui atau mengukur derajat perbedaan antar lorong terhadap arah sumbu utara magnetis
2.            Pita ukur
Untuk grade 5 dan atasnya,pita ukur yang digunakan adalah yang terbuat dari bahan fiber, panjang maksimum 30 meter, ketelitian yang didapat sampai satuan sentimeter
3.            Klinometer
Mengukur sudut kemiringan terhadap bidang datar dengan satuan derajat
4.            Topofil
Pada prinsipnya mempunyai fungsi sama dengan pita ukur.
5.            Catatan Lembar Kerja (worksheet)
Dipergunakan untuk mencatat data yang diambil selama survey. Diusahakan yang terbuat dari bahan tahan air
6.            ATK
Digunakan untuk mencatat data hasil survey
Standard Grade (Tingkatan) Dan Klassifikasi Peta Gua
           Peta gua yang dibuat memiliki tingkatan sesuai derajat ketilitian saat survey dilaksanakan. Oleh British Cave Research Association (BCRA)dibagi menjadi 6 (enam) tingkatan ditambah satu tingkatan khusus. Adapun pembagian tingkatan tersebut :
§  Grade 1
Gambar / sket kasar tanpa skala yang benar dan dibuat di luar gua dengan dasar ingatan dari si pembuat peta terhadap lorong-lorong yang digambar.
§  Grade 2
Gambar / sket kasar tanpa skala yang benar dan dibuat di sdalam gua tanpa alat ukur apapun, hanya atas dasar perkiraan.
§  Grade 3
Sket yang digambar di dalam gua dengan bantuan kompas, tali ukur yang ditandai tiap meternya,  memiliki ketelirtian pengukuran satuan 25 cm per 5 meter, dilakukan jika waktu sangat terbatas, penggunaan klinometer sangat dianjurkan
§  Grade 4
Pengukuran telah menggunakan kompas, klinometer serta meteran dari bahan kain.
§  Grade 5
Pengukuran dengan kompas prismatic, klinometer, pita  ukur fiberglass, dengan toleransi kesalahan pengukuran jarak adalah < 10 cm dan + 1o
§  Grade 6
Pada dasarnya sama dengan grade 5, tetapi kompas dan klinometernya diletakkan pada tripod sehingga tida/ akan bergerak sewaktu akan dilakukan pengukuran.
§  Grade X
Menggunakan peralatan teodolit serta pita ukur metalik



            Selain membuat tingkat ketelitian (grade) peta gua, BCRA juga membuat klassifikasi perincian survey yaitu :
            Class A           
            Semua detail dibuat di luar gua atas dasar ingatan
            Class B           
            Detail lorong diestimasi dan dicatat di dalam  gua
            Class C
            Detail diukur pada tiap station survey
            Class D
Detail diukur pada station survey dan antar station survey


Survei Dan Pengambilan Data
Metode dan Arah survey
Ada dua metode survey, yaitu:
·               Forward Method
Dimana pembaca alat dan pencatat data pada station pertama, sedang target pada station kedua. Setelah pembacaan selesai pembaca dan pencatat data berpindah ke station kedua, target pindah ke station ketiga. Dan seterusnya sampai station terakhir.
Description: maping1


·               Leapfrog Method
Pembaca alat dan pencatat data pada station kedua, target pada station pertama. Setelah pembacaan selesai, target pindah ke station ketiga, dilakukan pembacaan. Setelah selesai pembaca dan pencatat pindah ke station keempat. Setelah selesai target1pindah ke station kelima, pembacaan dilakukan dan seterusnya
Description: maping2


           
           
            Arah survey ada 2 (dua) yaitu :
2.Top to Bottom
Pengukuran dimulai di mulut gua (entrance) sampai ujung lorong / dasar gua atau sampai terakhir.
3.Bottom to Top
Pengukurran dari ujung lorong / dasar gua sampai entrance jadi kebalikan dari system pertama
2.      Penentuan Station
Dasar pertimbangan yang dapat dipergunakan untuk menentukan suatu station survey yaitu:
·                     Pertimbangan arah
·                     Perubahan ekstrim bentuk lorong
·                     Batas pengukuran (30 m)
·                     Perubahan elevasi lorong )pitch, climb)
·                     Temuan penting (biota, ornament khusus, litoogi khusus, dsb.)
3.      Organisasi Team Survey
Idealnya dalam satu team survey pemetaan gua terdiri dari 5 (lima) orang dengan pembagiann tugas sebagai berikut :
4.            Orang Kesatu              :     Sebagai pembaca alat (membawa klinometer, kompas, dan meteran)
5.            Orang Kedua              :     Sebagai pencatat data pengukuran
6.            Orang Ketiga              :     Sebagai descriptor / menggambar bentuk lorong
7.            Orang Keempat           :     Sebagai target pengukuran, membawa ujung meteran. Tinggi badan 0rang pertama dan orang keempat ini diusahakan sama, dengan tujuan untuk mengurangi kesalahan dalam pengukuran sudut elevaasi (kemiringan lantai)
8.            Orang Kelima              :     Sebagai leader, penentu titik station maupun sebagai pemasang lintasan pada pengukuran gua vertikal
4.      Data Yang direkam
Worksheet Survey
Perhitungan hasil survey


Legenda Peta

Legenda adalah sebuah symbol untuk memudahkan penelusur dalam memetakan gua sebagai tanda dari ornament-ornamen di dalam gua .
Description: legend1
Geomorfologi

Speleothem (ornament) tanpa uraian                                             

Speleothem rusak

Stalaktite

Stalagmite

Column / Pilar

Gordyn



Description: legend3Lumpur

Pasir

Kerikil bulat

Chip (tajam)

Boulder/Runtuhan Bangunan




Description: legend4

Helectute                                                                                       

Moon Milk

Gourdam

Calcite floor                                                                                   

Scalop

Pothole

Alur Plafon

Dan masih banyak lagi !!!


sumber :
Sianturi Derman. 2014. Perubahan Strata Anggota. Studi Teknik Penelusuran Gua. KAMPALA FP UNIB. Bengkulu.

Teknik Penelusuran Gua Horizontal dan Vertikal



dari : Dermansyah Sianturi
Peralatan dan Perlengkapan Penelusuran Gua
Kegiatan penelusuran gua didukung oleh penguasaan teknik dan peralatan yang memadai supaya tidak terjadi kecelakaan atau hal yang tidak di inginkan. Adapun alatnya harus memiliki standar yang safety,yaitu :
Kriteria pemilihan perlengkapan dan peralatan
  • Standard keamanan (safety)
    1. UIAA (Union International des Associations d’Alpinisme)
    2. CE (conformite aux exigences)
    3. EN (European Norm)
    4. CEN ( Comite Europeen de Normalisation)
  • Kekuatan dan daya tahan
Alat yang digunakan harus diketahui kekuatan dan beban maksimal yang direkomendasikan. Alat harus tahan terhadap situasi dan kondisi gua yang rentanterhadap abrasi / gesekan, air, lumpur, batuan kapur.
Peralatan gua vertkal direkomendasikan yang telah melewati ”individually tested” yang ditandai dengan beban maksimal ”MAX” dan beban aktif ”USE”
  • Fungsionalitas
Pemilihan peralatan perlu diperhatikan fungsi alat, hal ini berkaitan dan penggunaan yang efektif dan efisien. Selain dari fungsi dasar, perlu di pahami fungsi – fungsi tambahan pada alat. Penggunaan alat akurat, tepat guna dan sesuai dengan kebutuhan (simplicity). Faktor yang perlu diperhatikan adalah”berat”, yang hal ini berpengaruh terhadap daya tahan/stamina dari penelusur gua.



Description: d
Uraian standard peralatan penelusuran gua :
·         Cover All
               Fungsi          : Pakaian pelindung                
               Bahan           : PVC, Nylon fabric,
      Keterangan         : Bahan cover all mampu melindungi dari gesekan, basah dan dingin, disesuaikan dengan tipe gua.
·         Sepatu
            Fungsi                         : Alas dan melindungi kaki
            Jenis                : Sepatu Boot, PDL
Description: images[85]      Keterangan   : Sepatu mampu melindungi mata kaki, tahan terhadap gesekan, grip dan sol tahan air dan lumpur. 
·         Helm
            Fungsi                         : Melindungi kepala dari benturan
            Jenis                : Speleo helmet
      Keterangan       : Bahan terbuat dari fiber carbon, kevlar atau polycarbonate. Helm didesign mampu meredam benda yang jatuh menimpa helm. 
·         Description: ePencahayaan
            Fungsi                         : memberikan penerangan
            Jenis                : electrical lamp dan carbide model   


Peralatan Gua Vertikal :
  • Tali
            Fungsi                         : Alat utama untuk lintasan SRT
            Jenis                : Static dan Dynamic
            Keterangan      :
v  Hal yang  perlu diperhatikan :
- Ukuran diameter tali / size
- Abrasi / gesekan
- Simpul
- bahan kimia
- Umur tali
  • Peralatan Rigging
Description: karst_1743_3442011[1]Fungsi                         : Untuk membuat anchor / tambatan
Jenis                :
    1. Natural anchor : Webbing / sling (turbular dan flat)
    2. Bolting Anchor : Hammer, Driver, Spits, Bolting bag, Hanger, Pyton.
Description: PITON



  • Carabiner
Fungsi                         : sebagai penghubung atau pengkait
Jenis                : carabiner screwgate, non screw, auto lock

  • SRT set
Alat personal SRT Set terdiri dari:
1.      Harness
Fungsi    : Sebagai penghubung utama badan dan alat lainnya.
Jenis       : Sit harness, Body harness
2.      Maillon Rapide 8 mm
Description: small-34602[1]Fungsi    : sebagai penghubung harness dan alat ascending dan descending
Description: small-34601[1]Jenis       : Delta MR dan semi circular 

3.      Cowstail Pendek dan Panjang
Fungsi    : Sebagai pengaman dan penghubung ascender
Jenis       : Dynamic rope dan Webbing (spelegyca)
Description: f

4.      Carabiner 
Fungsi    : Sebagai penghubung alat
Jenis       :
a.        O carabiner screw gate
b.        O carabiner non screwgate / C.friksi
c.        D screwgate

5.      Descender
Fungsi    : Alat turun
Jenis       : Auto stop, Rack, Simple

6.      Ascender
Fungsi    : Alat naik
Jenis       :
a.       Croll / alat naik di dada
b.      Jammer / alat naik di tangan
c.       Basic jammer / alat naik di tangan
7.      Description: karst_1743_11211589[1]Chest Harnest
Fungsi    : sebagai penghubung croll dengan badan
Jenis       : Webbing soft
Description: g
8.      Foot Loop
Fungsi    : Sepagai pijakan kaki
Jenis       : Static rope dan webbing          


Peralatan transport :
            Fungsi             : Alat tambahan untuk membawa peralatan dan logistik
      Jenis              : Tackle bag, waterproof bag, perahu karet
Peralatan rescue  :
  1. Pulley (single & tandem)
 
  1. Houling set terdiri dari : pulley, basic, 2 bh oval carabiner screwgate
  1. Mini traxion / pro traxion
  1. Survival blanket
                                      
Description: images1

Setelah mengetahui peralatan gua, saya akan membahas tentang teknik penelusuran gua.
Gua juga ada 2 macam yaitu gua Horisontal(Multi Pit) dan Vertikal(Single Pit) dan juga teknik menelusuri gua itu juga berbeda-beda. Gua horisontal adalah gua yang datar dan tidak memiliki lubang yang dalam seperti gua Vertikal.
            Dan adapun teknik penelusuran gua baik horizontal maupun vertical akan penulis bahas di bawah ini :



Teknik Penelusuran Gua Horisontal
Penelusuran gua horisontal di lakukan tanpa perlengkapan berbeda dengan penelusuran gua vertical. Dan dalam lintasan horizontal penelusur biasanya membawa perlengkapan personal dan barang mereka dalam tas caving kecil. Paling mudah, serta cara paling efektif dan dengan dampak minimal terhadap gua dalam lintasan jalan adalah dengan mengikuti jalan yang sama dengan jalan yang dilewati oleh anggota team di depan, dengan hati-hati menghindari area sensitive (flowstone, stalactites, stalagmites, rimstone, dsb). Jalan dengan santai dan hindari perubahan kemiringan yang tidak perlu-meskipun ini ditempuh dengan jarak yang lebih jauh. Ini akan menghemat tenaga. Perhatikan pandangan di depan untuk membantu menaruh pijakan kaki.
Jika ada anggota tim yang tertinggal di belakang, leader harus memperlambat jalannya. Jika anggota yang paling lambat berhenti, leader harus berhenti dan tidak melanjutkan jalannya seketika saat anggota paling belakang sampai padanya, ini akan memberi waktu istirahat pada anggota team yang lain.
Beri waktu istirahat secara berkala, hal ini untuk memberikan tubuh kita waktu untuk beradaptasi dengan lingkungan gua. Kondisi gua yang lembab dan wearpack yang menangkap penguapan tubuh melalui keringat yang menghalangi mekanisme pendinginan tubuh dan membuat kita menjadi basah. Untuk mencegah hal ini, buka bagian atas wearpack ketika melewati lintasan kering.

Description: 2Lintasan merayap
Description: 2Tergantung pada bawaannya, penelusur dapat membawa tasnya dalam posisi : Kita dapat memperkecil kelelahan dengan memvariasikan gerakan saat berjalan.

Canyons Dan Meanders
Description: 3Lintasan canyons tinggi, lintasan sempit  berkelok-kelok yang terkadang membutuhkan tenaga extra saat menelusurinya. 
Description: 4           Down Climbing :



Duck Walking Dan Merayap                      
Pada lintasan rendah :                                  Oposisi : Chimneys & Traverses :
Description: 5Description: 6                                               

            Teknik-teknik di samping adalah cara kita melewati lorong gua yang sulit di lewati dan harus menggunakan tenik ini supaya tidak terjadi hal-hal yang fatal .

Teknik Vertikal
            Teknik ini berbeda dengan teknik horisontal yang tiadak terlalu banyak menggunakan alat, di teknik ini seorang penelusur harus menguasai taknik SRT terlebih dahulu supaya bisa mengunakan teknik lainnya dan seorang penelusur tidak boleh gegabah dalam menggunakan alat pada saat melakukan pengexploran supaya tidak terjadi hal yang fatal. Dan juga seorang penelusur pada saat pengexploran harus memperhatikan pengaman minimal 2 pengaman untuk seftynya .
Description: 9Rapelling (Descending / Abseiling) dengan decender.
Description: 8Description: 8Pada posisi free drop seperti di sebelah kiri , tubuh menggantung pada anchor menggunakan cowstail pendek dan gunakan lutut untuk keseimbangan. Jika terdapat pijakan yang bagus, coestail pendek tidak terbebani sebelum turun. Kemudian buka sisi penutup descender dalam posisi menyilang.
Pasang tali dalam posisi ‘S’ di descender, lalu tegangkan tali pada descender. Dengan cara menariknya untuk menghindari kendornya tali yang tidak perlu.
Ketika tali telah dilewatkan pada karabiner friksi, mulai untuk turun.
Mengontrol kecepatan turunDescription: 10
Kita bisa megatur kecepatan turun dengan cara memegang tali dengan 1 tangan atau dua tangan. Dibawah karabiner friksai. Begantung pada kesukaan masing-masing.
            Jika tangan kiri bebas, gunakan untuk memegang descender, untuk membantu memberikan keseimbangan pada  tubuh. Dalam turun free hang dimana kaki kita samasekali tidak menyentuh dinding gua, sebaiknya kita dalam posisi setengah duduk.dengan posisi dada parallel dengan tali.
Description: 11Berhenti pada Rapelling
Kuncian full lock adalah cara teraman untuk berhenti secara penuh dan mengunci descender selama turun. Ini hanya boleh dilakukan jika descender dalam posisi terbebani. Jika tidak terbebani, meskipun dalam hentakan yang pendek akan merusak descender japabila tidak ditempatkan secara benar pada karabiner  yang dihubungkn pada Maillon Rapide.
1.      Pegang perlahan descender dengan tangan kiri
2.      Buat kuncian half – lock menggunakan tangan kanan
3.      Lengkapi kuncian half lock, dengan full lock

Description: 10Melintasi Rebelay / Intermediate
Melintasi rebelays membutuhkan beberapa teknik :
  1. Turun perlahan dan hentikan rappel ketika berada di posisi sejajar dengan rebelay, sedikit sisa tali harus tersedia di bawah descender.
  2. Kaitkan cowstail pendek pada karabiner dengan pintu menghadap ke kamu, dengan menggunakan simple descender, satu tangan masih memegang tali selama operasi ini.
  3. Teruskan turun hingga beban berpindah ke short cowstail, setelah itu pindahkan descender lalu pasang pada tali selanjutnya yang berada di bawah rebelay, usahakan sedekat mungkin dengan rebelays
  4. Melepas cowstail, Lepas cowstail dengan  berdiri di atas. dinding atau di loop yang dibuat oleh tali atas. Jangan lupa untuk melepas tali dari karabiner friksi
  5. Description: 13Teriakkan sinyal “Rope Free” sehingga orang di atas bisa melanjutkan turun. Jangan pernah melepaskan pandangan dari descender, ini akan membantu memposisikan dan membebani dengan benar sebelum mulai turun
Melintasi sambungan tali atau simpul
Ini di lakukan bila ada tali yang rusak sehingga harus di simpul supaya tidak putus dan harus di lewati dengan teknik ini .
Prosedur 1
  1. Turun sampai descender berhenti pada sambungan tali (lepas karabiner friksi dari tali), pasang cowstail pendek pada simpul sambungan tali.
  2. Pasang upper ascender (yang terkait pada cowstail panjang) sejajar dengan wajah
  3. Berdiri pada footloop, pasang croll diantara upper ascender dan descender, beban tubuh menggantung pada croll
  4. Pindahkan descender ke bawah sambungan tali, kunci
  5. Turun kan croll dengan berdiri pada footloop kemudian upper ascender sedekat mungkin dengan simpul
  6. Lepas croll dan turun perlahan ini akan memindahkan beban dari croll ke descender; pastikan descender terpasang dengan benar pada karabinernya sebelum membebaninya.
  7. Lepas upper ascender dari tali, lanjutkan turun

Prosedur 2
  1. Description: 38Description: 39Description: 39Turun sampai descender berhenti pada sambungan tali (lepas karabiner friksi dari tali),
  2. Pasang upper ascender diatas descender sekitar 10 cm. lepas cowstail panjang  kemudian pasang pada simpul sambungan tali.
  3. Berdiri pada footloop, letakkan cowstail pendek pada tali di atas ascender
  4. Duduk, beban berada pada cowstail pendek
  5. Descender menjadi kendor; lepas dari tali dan pasang kembali
Melintasi Deviasi
  1. Berhenti rappel ketika sejajar deviasi, kunci descender jika perlu.
  2. Jika dinding samping bisa dijangkau dengan kaki, dorong tubuh untuk membuat deviasi menjadi sedikit kendor.
  3. Saat melakukan ini, lepas karabiner deviasi dengan tangan yang bebas dan taruh di atas descender.
  4. Buka kunci descender dan mulai turun.

Membawa Tackle Bag
Description: 16Description: 15Ketika berada di tali,tackle bag caving diletakkan  menggantung di bawah, dikaitkan pada maillon rapide. Membawa tackle bag di punggung ketika kita di tali, akan mendorong kita ke belakang serta membuat kehilangan keseimbangan, juga membuat kerja yang tidak perlu pada otot abdominal dan tangan..
Untuk menghindari terbelitnya tackle bag dengan tali utama, gunakan kaki kanan untuk menahan tali utama, Gunakan kaki untuk mengarahkan tackle bag dari tali jika tackle bag ada kemungkinan untuk mengayun.
Taruh tackle bag di punggung untuk sementara waktu jika ada kemungkinan bahaya batuan jatuh atau ketika mendekati aliran air
Menuruni Pits Panjang
Description: 17Description: 17Tali basah bisa menambah hingga 50% berat daripada tali normal. Pada lorong vertical yang amat panjang, bertambahnya bobot tali bisa membuatnya sulit untuk memasang descender. Pemecahannya adalah dengan memasang hand ascender dengan posisi terbalik pada maillon rapide.Ini akan membuat kedua tangan bebas , yang akan memberi cukup tali yang diperlukan Untuk memasang decender. Ketika descender sudah terpasang, lepas ascender, dan mulailah turun.
Di awal. Kamu mungkin akan menaruk tali, pertama dengan kedua tangan dan kemudian dengan satu tangan, selanjutnya kamu akan merasakan teknik rappel yang normal. Bila memakai descender auto-lock, hilangkan pengunciannya dengan karabiner, sehingga kamu akan mendapat dua tangan untuk menarik tali.
Untuk rappelling di atas 200 meter tanpa sebuah rebelay, gunakan escender rack. Dengan menambahkan palang atau barnya ketika turun, akan menambah gerakan friksinya.
Memanjat Tali dengan Menggunakan System Frog Rig
Perkembangan dan penggunaan dari system sit – stand (duduk – berdiri)- yang secara luas dikenal sebagai system Frog- telah secara tajam mengurangi penggunaan tangga baja caving. Selama era tangga baja, tali hanyalah digunakan untuk turun, dengan turun memakai friksi pada punggung sebelum ditemukannya figure of eight descender Di awalnya belum ditemukan teknik untuk menaiki tali yang sederhana, efisien dan semua anggota team bisa menggunakannya.
Adalah Andre Meozzi seorang anggota aktif Speleo Club de la Tronche (Isere, France), yang pertama kalinya mengembangkan teknik modern. Anggota club ini mengadopsi metodenya dengan antusias, dan hal ini membantu mereka untuk membuat kemajuan yang signifikan dalam eksplorasi mereka.Namun metode sit-stand belum bisa diterima dengan begitu cepatnya dimana-mana pada saat itu, Hanya saja pada saat EFS (Ecole Francais de Speleologie) sekolah caving Perancislah yang memanggil anggota klub La Tronche untuk mengelola sesi latihan . Sekarang di Eropa telah mengadopsi system Frog rig
Perlengkapan :
Sebuah ascender yang dipasang pada sebuah footloop dihubungkan pada karabiner cowstail panjang, Ascender dada, Croll (ditemukan oleh Fernand Petzl) diletakkan antara harness dada dengan maillon rapide.500 gram pada perlengkapan personal dibandingkan dengan berat kabel baja yang sekitar 12,5 Kg per 100 meter. Disinilah letak revolusi pada perbedaan keduanya.
Teknik
-       Buka penutup chest ascender dengan gerakan memutar pada handlenya, masukkan tali di dalamnya.
-       Description: 19Gunakan gerakan yang sama pada ascender atas, letakkan sejajar dengan mukaPilih sebuah single  footloop , taruh satu kaki pada footloop untuk membantu mendorong tubuh ke atas. Untuk mengatur panjang footloop, berdiri tegak sambil memegang footloop yang dibuat tegang dengan kaki menginjak tanah dan didalam footloop. Harness dada (chest harness) harus dikenvangkan dan Croll diposisikan di tali. Pada posisi ini, bagian bawah dari upper ascender harus 2 – 3 cm di atas chest ascender.
Teknik memanjat terbagi dalam 2 (dua) fase :
  1. Dorong upper ascender setinggi mungkin. Bersamaan, angkat kaki, tekuk lutut hingga tumit berada di bawah selangkangan. Taruh satu kaki pada footloop diatas yang satunya akan membantu mendorong kaki bawah ke belakang, menambah gerakan pada tali.
  2. Jaga tubuh dan kepala tetap lurus saat mendorong kaki ke bawah dan belakang, dengan kaki yang bebas diletakkan di atas yang lain untuk membagi kerja diantara keduanya. Pada saat bersamaan gunakan lengan untuk membantu menjaga tubuh bagian atas untuk dekat dan sejajar dengan tali. Hindari menarik tubuhmu sendiri dengan lengan; biarkan kaki untuk melakukannya. Lengan memiliki jumlah otot yang lebih sedikit daripada kaki, menggunakan lengan akan dengan cepat melelahkan. Ketika kaki telah sepenuhnya berdiri, taruh beban tubuh dengan cara duduk pada chest ascender. Ini akan melengkapi satu siklusnya. Dorong lagi upper ascender, melangkah pada footloop, dan seterusnya
Description: 21Mengunci tali dengan kedua kaki dan antara footloop dengan satu kaki



Description: 22Istirahat selama pemanjatan, akan memberikan tubuh untuk
mengambil posisi yang paling nyaman

Description: 24Naik melewati Rebelay
  1. Hentikan upper ascender sekitae2-3 cm di bawah simpul
  2. Pasang cowstail pendek pada anchor
  3. Berdiri pada footloop, lepas croll dan transfer beban pada cowstail       pendek
  4. Pasang croll pada tali atas, tarik tali di bawah croll hingga croll tegang
  5. Pindahkan upper ascender dari tali bawah dan letakkan pada tali atas, di atas croll sejajar dengan wajah
  6. Mulai memanjat dengan berdiri pada footloop dan tarik tali di bawah croll
  7. Setelah 1 – 2 langkah naik, cowstail pendek akan mengendur, dan lepas cowstail pendek
  8. Periksa anchor rebelay apakah benar posisinya, lanjutkan memanjat

Description: 27Keluar dari pitch langkah-langkah sama dengan melewati rebelay
Description: 25







Description: 42Melewati Simpul
  1. Description: 41Bawa upper ascender sekitar 2 – 3 cm di bawah simpul, naikkan croll setinggi mungkin.Pasang cowstail pendek pada simpul.
  2. Description: 43Pindahkan upper ascender dari tali dan tempatkan di atas simpul, cukup tinggi untuk memberikan tempat pada Croll
  3. Dengan berpijak pada footloop dan pindahkan croll ke tali di atas simpul
  4. Lepas cowstail pendek
  5. Lanjutkan naik.

Teknik SRT

Teknik ini harus di kuasai oleh seorang cavers karena inilah dasar dari semua teknik  dan di kenal dengan SRT(Single Rope Technique) adalah teknik untuk menaiki atau menuruni lintasan vertikal dengan tali tunggal.

Prosedur SRT
  1. Ascending frog system   
    1. Pasang tali utama ke croll, beban tubuh ada di croll.
    2. Pasang Jammer diatas croll, injak footloop sampai berdiri
    3. Tarik tali utama di bawah croll sampai posisi badan naik, beban tubuh ada di croll.
    4. Kedua kaki dimasukan kedalam footloop dan letakkan tali utama diantara kedua kaki.
    5. Dengan bantuan jammer dan footloop naikkan tubuh hingga croll naik, selanjutnya naikkan jammer.
Prosedur ini dilakukan sampai diatas lintasan.
  1. Descending
    1. Perhatikan alur tali pada gambar di descender (manual)
    2. Posisi tali berada di sebelah kiri descender
    3. Masukkan tali sesuai alur descender dari kiri bawah descender sampai atas kanan descender.( berbentuk seperti huruf  ”S”)
    4. Tutup descender kemudian tali bawah dimasukan ke carabiner friksi.





    1. Prosedur mengunci descender :
-          Tali bawah setelah carabiner friksi di angkat dan diletakan diatas descender
-          Masukkan  tali bawah kembali ke carabiner friksi dan carabiner descender
-          Loop tali yang telah melewati tahap diatas diletakkan melingkar di descender





    1. Lepaskan alat ascender atau cowstail dari tali utama dan beban ada di descender
    2. Lepaskan simpul pengunci descender
    3. Tangan kiri menggenggam descender dan tangan kanan membuka kuncian
    4. Pegang tali bawah descender
    5. Kedua tangan memegang tali untuk mengatur kecepatan turun. 


sumber :
Sianturi Derman. 2014. Laporan Perubahan Strata Anggota Studi Teknik Penelusuran Gua. KAMPALA FP UNIB. Bengkulu