LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

Nama :
Dermansyah Sianturi
NPM :
E1B010022
Prodi :
KEHUTANAN
Kelompok :
6
Hari/jam :
Jumat / 14.00-15.45 WIB
Tanggal :
24 April 2015
Ko-ass : Syamsuwarni Rambe
Dosen : 1. Devi Silsia, M.Si
Objek Praktikum :
ANALISA KUALITAS AIR
LABORATORIUM TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
BENGKULU
2015
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Air adalah zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua makhluk hidup yang
ada di pemukaan bumi tetapi tidak di planet lain. Air yang tersebar di muka bumi ini tidak pernah terdapat
dalam bentuk murni, namun bukan berarti bahwa semua air sudah tercemar.
Penecemaran air adalah penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal, bukan
dari kemurnian air tersebut. Misalnya, walaupun didaerah penggunungan atau
hutan terpencil dengan udara yang bersih dan bebas dari pencemaran, air hujan
yang turun di atasnya selalu mengandung bahan-bahan terlarut seperti CO2,
O2 dan N2, serta bahan-bahan tersuspensi seperti debu dan
partikel-partikel lainnya yang terbawa air hujan dari atmosfer.
Air permukaan
dan air sumur pada umumnya mengandung bahan-bahan metal (logam terlarut, seperti
Na, Mg, Ca, dan Fe. Air yang mengandung komponen-komponen tersebut dalam jumlah
tinggi disebut air sadah. Sedangkan air yang tidak tercemar tidak selalu
merupakan air murni, tetapi merupakan air yang tidak mengandung bahan-bahan
asing tertentu dalam jumlah yang melebihi batas yang telah ditetapkan sehingga
air tersebut dapat digunakan.
Untuk menentukan kualitas air,
pengamatan dilakukan berdasarkan berbagai parameter air
baikfisika, kimia, dan biologinya.
Dari segi parameter fisika yaitu suhu, tingkat kecerahan, tingkat kekeruhan dan tingkat kedalaman. Parameter kimia yaitu pH,
O2 terlarutdan
CO2 bebas. Pengukuran kualitas air dilakukan pada ekosistem perairan seperti kolam waduk, sungai, laut,
danau, teluk, delta, semenanjung dan perairan lainnya.
Dilakukannya pengukuran kualitas air untuk mengetahui kelayakan dari air tersebut.
Dalam praktikum ini, akan dibahas bagaimana cara menganalisa kualitas air yang
layak untuk dimanfaatkan.
2.
Tujuan Pecobaan
Mahasiswa
mampu menguji atau menganalisis beberapa sifat fisis dan sifat kimia air secara
kulitatif dan kuantitatif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Air (H2O)
Air merupakan senyawa kimia yang terdiridari
atom hydrogen (H) dan atom oksigen (O). Satu molekul air yang satu akan membentuk ikatan hydrogen dengan molekul air yang lain.
Ikatan hydrogen inilah yang menyebabkan
air mempunyai sifat–sifat
yang khas, seperti berwujud cair pada suhu kamar (Widjanarko, 2005). Air merupakan senyawa kimia yang paling aman dan
paling dibutuhkan seluruh makhluk hidup karena tanpa air, makhluk hidup tidak
akan dapat bertahan hidup. Ilmu yang mempelajari tentang kandungan,
sifat-sifat, proses penyebaran, dan kebiasaan alami air dikenal dengan
hidrologi. Hidrologi merupakan induk ilmu untuk percabangan teknik sipil, dan
hidrologi mempelajari masalah persediaan air dan penyaluran kotoran, sistem
pengaliran air dan irigasi, peraturan navigasi dan sungai, dan pengendalian
banjir dan tenaga air (Anonim, 2009).
Di dalam
Keputusan Menteri Kesehatan No. 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang syarat-syarat
dan pengawasan kualitas air minum, disebutkan bahwa air minum adalah air yang
melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat
kesehatan dan dapat langsung di minum. Persyaratan air minum yaitu, walaupun air dari sumber alam
dapat diminum oleh manusia, tetapi terdapat resiko kalau air ini telah tercemar
oleh bakteri (misalnya Escherichia coli) atau zat-zat berbahaya (Alaerts,
2003).
Walaupun bakteri dapat dibunuh dengan memasak air hingga
100 °C, tetapi banyak zat berbahaya, terutama logam, tidak dapat dihilangkan
dengan cara mendidihkan air. Jadi, air yang akan digunakan untuk air minum
tidak bisa sembarang air, misalnya di rumah anda, sumber air berasal dari air
tanah, yang diambil dengan menggunakan jetpump, meskipun secara kasat mata
tampak jernih, tetapi belum tentu memenuhi syarat, karena kondisi lingkungan
disekitarnya akan sangat menentukan kualitas air tersebut (Institut Pertanian
Bogor, 2002).
Untuk
memastikan apakah air tanah yang ada di rumah anda memenuhi syarat untuk di
minum atau tidak, sebaiknya anda membawa sampel air tersebut ke laboratorium
pengujian seperti Sucofindo, atau lab-lab swasta lain yang banyak menjual jasa
untuk pemeriksaan air, tapi cek juga, apakah lab yang akan anda gunakan sudah
terakreditasi atau belum. Ini untuk menjamin akurasi hasil pemeriksaan. Jika
lab-nya sudah terakreditasi, maka validitas hasil pengujian tentunya lebih
terpercaya (Standar Nasional Indonesia, 2002).
2.2 Pengertian Pencemaran Air
Pencemaran air
yaitu adanya benda asing yang mengakibatkan air tersebut tidak dapat digunakan
sesuai dengan peruntukkannya secara normal. Definisi pencemaran air berdasarkan
keputusan Menteri KLH No. 02/ MEN-KLH/1978 adalah :
Masuk atau
dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi, komponen lain ke dalam air dan atau
berubahnya tatanan air oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga
kualitas air turun sampai pada tingkat tertentu yang menyebabkan air menjadi
kurang atau tidak erfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya (Tim pengajar, 2015).
2.3 Ciri-ciri Fisika Air
1.
Zat padat total,
ditetapkan dengan menguapkan sampel atau
contoh air dan menimbang sisanya yang telah kering. Zat padat terapung didapat
dengan menyaring sampel air. Perbedaan antara zat padat total dengan zat padat
terapung disebut zat padat terlarut.
2.
Turbidity/kekeruhan,
kekeruhan mengurangi kejernihan air, Kekeruhan biasanya disebabkan oleh lempung
partikel-partikel tanah dan pencemar-pencemar koloidal lainnya. Tingkat
kekeruhan tergantung pada kehalusan parttikel-partikel dan konsentrasinya.
Kekeruhan diukur dengan alat turbidimeter, yang mengukur gangguan lintasan
cahaya dari air.
3.
Warna, warna air
adalah warna sesungguhnya yaitu warna yang mencakup tidak hanya warna yang
meyebabkan substansi yang larut di dalam air saja tetapi termasuk juga zat-zat
tersuspensi yang terkandung didalamnya. Warna air dapat disebabkan oleh humus,
bahan organik yang membusuk. Warna pada air juga disebabkan oleh ion-ion logam
secara alami ada pada air seperti besi dan magan selain itu warna air juga
disebabkan oleh buangan industri.
4.
Rasa dan bau, dapat
disebabkan oleh kehadiran organisme dalam air seperti algae. Bahan kimia
organik dan anorganik juga dapat menimbulkan rasa dan bau pada air.
5.
Suhu, suhu air
bervariasi karena suhu air dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya. Suhu normal
air ± 3 0C dari suhu lingkungan (Tim pengajar, 2015).
2.4 Ciri-ciri Kimia Air
1.
pH, digunakan untuk
mengukur keasaman aiar. Keasaman air mencirikan keseimbangan antara asam dan
basa di dalam air, selain itu pH juga merupakan suatu cara untuk menentukan
konsentrasi ion hidrogen (H+) dalam air. pH didefinisikan sebagai
minus logaritma dari ion hidrogen dalam mol per liter. Air murni mempunyai
konsentrasi ion hidrogen dan hidroksida (OH-) yang berimbang yakni
sebesar 10-7 mol per liter. Dengan demikian pH air murni adalah 7.
Untuk air baku yang diolah untuk air minum pH air yang diperbolehkan berkisar
antara 5-9.
2.
Zat besi (Fe), besi
adalah salah satu elemen kimiawi yang dapat ditemukan pada hampir setiap tempat
di bumi. Pada umumnya besi yang ada dalam air sebagai besi terlarut dan dalam
bentuk tersuspensi sebagai butir kolidal seperti Fe2O3
dan Fe (OH)3 serta ada juga yang tergabung dalam zat organik atau
zat padat anorganik seperti tanah liat. Pada air tanah yang tidak mengandung
oksigen besi berada dalam bentuk Fe+2, sedangkan pada air permukaan
dan terjadi aerasi maka Fe+2 akan teroksidasi menjadi Fe+3
dan warna air akan menjadi kecoklat-coklatan.
3.
DO (Disolve
Oxigen), adalah jumlah oksigen yang terlarut di dalam air. Oksigen terlarut
merupakan sumber oksigen mahluk hidup yang ada di dalam air, minimal
konsentrasi oksigen untuk kehidupan di dalam air adalah 5 mg/L (5 ppm). Oksigen
terlarut sebagian besar diperoleh dari hasil fotosintesis di dalam air.
Kualitas air dapat ditentukan oleh kadar oksigen terlarut ini.
4.
COD (Chemical Oxygen
Demand), yaitu uji kebutuhan oksigen untuk reaksi oksidasi terhadap bahan
buangan (organik) di dalam air.
Konsentrasi COD yang tinggi dalam suatu perairan menanadakan bahwa di perairan
tersebut banyak mengandung senyawa organik yang membutuhkan oksigen terlarut
(DO) dalam proses penguraiannya.
5.
Amoniak (NH3),
merupakan senyawa nitrogen, amoniak dalam air permukaan dapat berasal dari air
seni, tinja juga oksida-oksida zat organik secara mikrobiologis. Air tanah
hanya sedikit mengandung amoniak, karena dapat menempel pada butir-butir tanah
dan sedikit yang terlepas dari butir-butir tanah tersebut. Kadar amoniak yang
tinggi menunjukkan adanya pencemaran dan dalam air minum kadar amoniaknya harus
nol (Tim pengajar, 2013).
Pengukuran kualitas air dapat dilakukan dengan dua cara, yang pertama adalah pengukuran kualitas air dengan parameter fisika dan kimia (suhu, O2 terlarut, CO2 bebas,
pH, konduktivitas, kecerahan, alkalinitas ), sedangkan yang kedua adalah pengukuran kualitas air dengan parameter biologi
(plankton dan benthos) (Sihotang, 2006).
BAB III
METODOLOGI
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
1.
Alat yang digunakan :
1.
Gelas ukur 50
ml
2.
Gelas ukur 100
ml
3.
Pipet tetes
4.
Pipet volume 5
ml
5.
Pipet volume
10 ml
6.
Lampu spritus
7.
Tabung reaksi
+ rak
8.
Batang
pengaduk
9.
Corong kaca
10.
Penjepit
tabung reaksi
11.
Erlemeyer
12.
Kompor
listrik/gas
13.
Buret dan
statif
14.
Corong
15.
Neraca
analitik
16.
Botol semprot
17.
Termometer
18.
Bahan yang digunakan:
1.
KMnO4
2.
Aquades
3.
H2SO4
4.
Kertas lakmus merah
5.
Asam Oksalat
3.2 Cara Kerja
1.
Suhu/ Temperatur
1.
Siapkan sampel air
keran dan air sawah, isi ke dalam gelas ukur
yang volumenya 100 ml. Tuangkan ke dalam 2 tabung reaksi.
2.
Celupkan alat
pengukur suhu (termometer atau O2 meter) ke dalam sampel, pastikan
tangan Anda tidak bersentuhan dengan alat pengukur tersebut.
3.
Amati dan baca
angka yang tertera pada termometer tersebut.
2.
Zat Padat Terlarut dan Zat Padat Tersuspensi
1.
Siapkan sampel air
keran dan air sawah, isi ke dalam gelas ukur
yang volumenya 100 ml. Tuangkan ke dalam 2 gelas piala dan dipanaskan.
2.
Perhatikan, apakah
sampel menjadi keruh ataukah ada yang mengendap!
3.
Jika sampel menjadi
keruh berarti ada zat padat terlarut, sedangkan jika terjadi endapan berarti
sampel mengandung zat padat tersuspensi.
4.
Warna
1.
Ambi sampel ke
dalam 2 tabung reaksi sebanyak ±
dari
volume tabung reaksi.

2.
Bandingkan warnanya
dengan larutan standar yang telah disediakan.
5.
Amoniak (NH3)
1.
Masukkan 10-15 ml
sampel ke dalam tabung reaksi.
2.
Lipatkan kertas
lakmus merah di mulut tabung reaksi.
3.
Panaskan di atas
lampu spiritus.
4.
Amati samapel,
apakah tercim bau tengik atau tidak.
5.
Sampel mengandung
amoniak jika tercium bau tengik atau lakmus merah berubah menjadi warna biru.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
HASIL PENGAMATAN
No
|
Parameter
|
Hasil
Pengamatan
|
||||||||
Air Sumur
|
Air
Limbah
|
Air Sawah
|
||||||||
1
|
Suhu
|
270C→490C
|
260C→470C
|
260C→470C
|
||||||
2
|
Zat Padat
Terlarut
|
Tidak
Keruh
|
Tidak
Keruh
|
Bening
Kuning
|
||||||
3
|
Zat Padat
Tersuspensi
|
Tidak
Terjadi Endapan
|
Terjadi
Endapan
|
Terjadi Endapan
|
||||||
4
|
Warna
|
Puti
Bening
|
Putih
Keruh
|
Bening
Kekuningan
|
||||||
5
|
Amoniak
|
Tidak
Mengandung Amoniak
|
Mengandung
Amoniak
|
Mengandung
Amoniak
|
||||||
6
|
COD
|
Volume
KMnO4 selama pemnasan (ml)
|
Volume
KMnO4 Titrasi I (ml)
|
Volume
KMnO4 Titrasi II (ml)
|
Volume
KMnO4 selama pemnasan (ml)
|
Volume
KMnO4 Titrasi I (ml)
|
Volume
KMnO4 Titrasi II (ml)
|
Volume
KMnO4 selama pemnasan (ml)
|
Volume
KMnO4 Titrasi I (ml)
|
Volume
KMnO4 Titrasi II (ml)
|
Ulangga 1
|
14
|
14
|
|
10
|
10
|
3
|
|
|
|
BAB V
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
1.
Suhu
Pengukuran suhu dilakukan dengan cara mencelupkan
thermometer ke dalam tabung, dengan syarat bahwa thermometer tidak boleh bersentuhan dengan
dasar tabung dan tangan pratikan juga tidak boleh mengenai alat ukur. Thermometer
diikat pada bagian pangkal
(bukan ujung air
raksa), kemudian thermometer digantung pada permukaan perairan beberapa menit dan suhu dibaca setelah
thermometer menunjukkan angka konstan. Adapun suhu pada perairan yang dijadikan objek praktikum yaitu suhu air keran 28 0C dan suhu air sawah 26 0C.
2.
Zat Padat Terlarut
Pada percobaan air keran dan air sawah, dalam mengamati
zat padat terlarut pada kedua sampel tersebut dapat diamati melalui perubahan
wujud air setelah dilakukan pemanasan. Jika air mengalami perubahan menjadi
keruh maka air tersebut merupakan zat terlarut. Dan air sawah merupakan zat
padat terlarut karena mengalami perubahan setelah dilakukannya pemanasan yaitu
berubah menjadi keruh. Ini menunjukkan bahwa hasil pengamatannya tidak sesuai
dengan keterangan yang diberikan Co-Ass dan juga berdasarkan teori-teori yang
ada.
3.
Zat Padat Tersuspensi
Sedangkan air keran merupakan zat padat tersuspensi,
karena terdapat endapan pada dasar tabung setelah dilakukan pemanasan, tetapi
pada hasil percobaan ini bertolak belakang dengan hasil yang telah diterangan
Co-Ass. Seharusnya yang merupakan zat padat terlarut yaitu air keran sedangkan
air sawah merupakan zat padat tersuspensi. Penyebab kegagalan dalam percobaan
ini yaitu tertukarnya tabung reaksi antara air keran dan air sawah saat akan
dipanaskan, pemanasannya yang kurang sempurna atau pengamatan pratikan yang
tidak teliti dan tidak tahu menentukan antara zat padat telarut dengan zat
padat tersuspensi. Penyebab dari kesalahan itu yaitu kurang menguasainya
penuntun pratikum dan ketidakseriusan dalam melaksanakan pratikum.
4.
Warna
Pada pengamatan warna, yang dilakukan yaitu membandingkan
warna sampel dengan larutan standar yang telah disediakan. Hasil yang didapat
pada air keran yaitu berwarna bening sedangkan pada air sawah warnanya yaitu
kekuningan. Hal ini menunjukkan bahwa air keran jauh lebih cerah daripada air
sawah dan juga jauh lebih bersih.
5.
Amoniak
Percobaan Amoniak pada kedua sampel ini, yang bersifat
amoniak yaitu air sawah sedangkan air keran tidak bersifat amoniak. Ciri-ciri
dari larutan yang bersifat amoniak
setelah dilakukan pemanasan yaitu berwarna keruh, tercium bau tengik,
terdapat endapan di dasar tabung, dan perubahan kertas lakmus merah menjadi
biru. Semua ciri-ciri tersebut ada pada air sawah. Hasil pengamatan pada
percobaan ini sudah sesuai dengan hasil yang sebenarnya berdasarkan keterangan
Co-Ass dan sumber teori lainnya.
BAB VI
PENUTUP
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Sifat fisis air dari secara
kualitatif dan kuantitatif yaitu :
1.
Suhu. Suhu
air adalah derajat panas air yang dinyatakan dalam satuan derajat Celcius.
2.
Warna. Warna adalah
warna nyata dari air yang dapat disebabkan oleh adanya ion metal (besi dan
mangan) humus, plankton, tumbuhan air dan limbah industri.
3.
Kekeruhan. Kekeruhan
adalah sifat optik dari suatu larutan yang menyebabkan cahaya yang melaluinya
terabsorbsi dan terbias. Kekeruhan di dalam air disebabkan oleh adanya zat
tersuspensi seperti lempung, lumpur, zat organik, plankton dan zat-zat halus
lainnya.
4.
Kejernihan. Kejernihan
adalah dalamnya lapisan air yang dapat ditembus oleh sinar matahari yang
dinyatakan dalam satuan cm.
5.
Rasa. Dalam air
yang bersih (fisik) tidak terdapat seperti rasa asin, manis, pahit dan asam.
Begitu pula terhadap bau. Air dapat dikatakan bersih secaa fisik apabila air
tersebut tidak mengeluarakan bau, seperti bau amis, busuk, dan
sebagainya.Residu tersuspensi terurai
Sifat kimia
air secara kualitatif dan kuantitatif yaitu:
1.
Derajat keasaman
(pH)
Nilai pH suatu
perairan mencirikan keseimbangan antara asam dan basa dalam air dan merupakan
pengukuran konsentrasi ion hidrogen dalam larutan.
2.
Daya hantar listrik
Daya Hantar
Listrik (DHL) adalah kemampuan dari larutan untuk menghantarkan arus listerik
yang dinyatakan dalam mmhos/cm, kemampuan tersebut antara lain tergantung pada
kadar zat terlarut yang mengion di dalam air, pergerakan ion, valensi dan suhu.
3.
Salinitas ( zat
padat total )
Salinitas didefinisikan sebagai
total padatan dalam air setelah semua karbonat dikonversi menjadi oksida, semua
bromida dan iodida diganti dengan klorida, dan semua bahan organik telah
dioksidasi.
4.
Alkalinitas
Alkalinitas adalah
suatu parameter kimia perairan yang menunjukan jumlah ion carbonat dan
bicarbonat yang mengikat logam golongan alkali tanah pada perairan tawar.
6.2 Saran
Sebaiknya alat-alat laboratorium lebih dilengkapi agar
pratikum dapat berjalan dengan lancar dan semua pratikan dapat mengerjakan
segala percobaan yang disediakan. Dan pratikan lebih teliti lagi dalam
mengamati percobaan agar hasilnya sesuai dengan yang sebenarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Alaerts,G.dan S.S.Santika,2003. Metode Pengukuran
Kualitas Air. Usaha
Nasional. Surabaya.
Anonim.2015.http://laporanpraktikumemel.blogspot.com/2013/05/laporan
praktikum-pengukuran-kualitas.html.
Diakses pada tanggal 15 Mei 2015
pukul 13.20
WIB.
Anonim,
2009.http://wikipedia.com/Pengertian air. Diakses pada tanggal 15 Mei 2015 pukul 13.15 WIB.
Institut
Pertanian Bogor, 2002. Limnologi Metoda Analisis Kualitas Air. Edisi I.
Fakultas
Perikanan Institut Pertanian Bogor. Bogor. 120 hal.
Sihotang,C.
dan Efawani. 2006. Penuntun Praktikum Limnologi. Fakultas
Perikanan dan
Ilmu Kelautan UR. Pekanbaru.
Tim pengajar, 2015. Penuntut pratikum kimia. Universitas
Bengkulu. Bengkulu.
Standar
Nasional Indonesia. 2000. Pengujian Kualitas Sumber Air dan Limbah
Cair.
Direktorat Pengembangan Laboratorium Rujukan dan Pengolahan
Data. Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan. Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
informasi email :